جمع من الإلهام والحافز الإسلامي - TUHAN TIDAK MENGEKOR PADA NABINYA Update Lagi Nih sodara Muslimin Dan Muslimat, Tentang TUHAN TIDAK MENGEKOR PADA NABINYA. Untuk Sahabat Sekeyakinan Yang sedang Mencari TUHAN TIDAK MENGEKOR PADA NABINYA, Mungkin TUHAN TIDAK MENGEKOR PADA NABINYA Ini bermanfaat Buat Anda. Monggo Dilihat TUHAN TIDAK MENGEKOR PADA NABINYA di bawah Ini Agar Lebih Jelas Tau Tentang Agama kita Yang sangat Kita Cinta Dan Kita Puji-puji ini.
Ini adalah tabiat ke-5 yang saya temukan, di mana Tuhannya Muhammad memang beda banget sama Tuhan para nabi.
Di dalam sejarah nabi-nabi, tak pernah ada Tuhan yang penurut banget sama nabinya, apalagi sampai kelakuan bejatnya juga dibela-belain.
Untuk menjelaskan hal ini, saya akan membandingkan 2 kisah terkenal dari Bibel dan 2 Kisah Muhammad.
Pertama, kisah nabi Daud berbuat zinah terhadap istri seorang bawahannya. Kisah ini dapat kita baca dalam kitab 2 Samuel 11.
Di kitab itu dikisahkan Daud tertarik pada seorang wanita yang baru dinikahi oleh pegawainya. Nama wanita itu adalah Batsyeba, dan nama suaminya yg juga pegawai Daud yang setia itu adalah Uria, seorang bangsa Het yg tunduk pada hukum Taurat dan setia membela kerajaan Daud.
Kita baca kutipan berikut.
2 Samuel 11:2-4
“Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.
Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: "Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu."
Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya.”
Ketertarikan secara diam-diam saja, sudah merupakan dosa, sesuai dengan perkataan Isa Almasih:
Matius 5:27-28
“Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.”
Jadi, bila tertarik dengan wanita lain sementara dia sendiri sudah beristri, atau dirinya belum beristri tapi tertarik dengan istri orang, dia dianggap telah berbuat ZINAH dalam hati.
Nah, apalagi kalau sampai hal itu sudah dilakukan secara nyata, seperti yang dilakukan nabi Daud ini. Sementara Uria pergi berperang, Daud malah mengambil kesempatan untuk berzinah dengan istrinya. Ini perbuatan terkutuk.
Dan tidak hanya itu saja, Daud juga berniat untuk memperistri perempuan yang baru disetubuhinya ini dengan cara mengorbankan suaminya dalam sebuah pertempuran. Daud memberi perintah kepada bawahannya untuk menempatkan Uria di baris depan saat pertempuran melawan kota Raba. Akhirnya, Uria pun tewas dalam pertempuran itu. Dan akhirnya Daud pun bebas mempersunting Batsyeba.
Kita tahu, bahwa Daud selain seorang raja di Israel, ia juga seorang nabi. Lalu apakah karena Daud seorang nabi, maka dia selalu bebas dari kutukan walaupun dia melakukan perbuatan jahat? Tidak. Mari kita lihat apa yang Tuhan lakukan terhadap hambaNya yang sembrono ini.
Kita simak kutipan Bibel berikut.
2 Samuel 12:1-24
1 TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: "Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin.
2 Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi;
3 si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya.
4 Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu."
5 Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
6 Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan."
7 Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul.
8 Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.
9 Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
10 Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.
11 Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.
12 Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan."
13 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.
14 Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati."
15 Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit.
16 Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah.
17 Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka.
18 Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: "Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!"
19 Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: "Sudah matikah anak itu?" Jawab mereka: "Sudah."
20 Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan.
21 Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: "Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!"
22 Jawabnya: "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup.
23 Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku."
24 Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu.
Sekalipun Daud seorang nabi, Tuhan tidak pilih-pilih dalam menegakkan keadilanNya. Tuhan memberi peringatan dengan mengutus nabi lain bernama Natan, dan oleh peringatan itu Daud syok dan tersadar dari kebejatannya. Dia menyesali perbuatannya dan menangis di hadapan Tuhan.
Kisah lain kita dapati pada kisah nabi Sulaiman (Bibel: Salomo), yang di usia tuanya dia terlibat pada praktek penyembahan berhala. Dan akibat dari perbuatannya ini, Tuhan menimpakan hukuman pada kerajaannya sehingga terpecah menjadi 2 bagian. (Kisah ini dapat dibaca dalam kitab 1 Raja 11)
Sekarang, mari kita uji apakah Tuhannya Muhammad (Awloh dalam Quran) juga memiliki tabiat yang sama seperti dalam Bibel.
Kisah bejat Muhammad kita peroleh dalam QS 33:37-40.
Mari kita simak kutipan ayatnya.
QS 33:37
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan ni`mat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi ni`mat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mu'min untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.
Nabinya Muslim timbul hasrat pada menantunya sendiri (istrinya Zaid, yg jadi anak angkat nabi).
Awloh tahu hasrat dalam hati Muhammad ini, itulah kemudian yang menjadi sebab disampaikannya Surat Al-Ahzab ayat 37 di atas.
Awloh bilang pada Muhammad, “Kamu (=Muhammad) tidak perlu takut pada manusia, tetapi hanya kepada-Kulah ketakutanmu. Aku tahu bahwa dalam hatimu menyimpan perasaan suka pada Zaenab. Maka dari itu, perintahkanlah Zaid untuk menceraikan lebih dahulu istrinya, biar kamu bisa bebas menikahinya. Bila Zaid belum menceraikannya, nanti orang-orang akan protes kepadamu.”
Bukankah ini Awloh yang bejat?
Isa Almasih telah memberikan hukum demikian: “Jangan berzinah.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.”
Nah, bila Muhammad diam-diam dalam hatinya menyembunyikan perasaan suka pada anak menantunya sendiri, bukankah ini suatu dosa di mata Tuhan?
Tapi tidak demikian pada Awloh. Awloh malah membiarkan kelakuan nabinya dan bahkan malah MENDUKUNGNYA!
Awloh kasih perintah kepada Muhammad agar segera mengambil anak menantunya itu sebagai istri sahnya dengan sebelumnya membatalkan pengangkatan anak terhadap Zaid (karena Muhammad takut harta warisannya jatuh ke tangan anak angkat yg bukan darah dagingnya) dan meminta Zaid menceraikan lebih dulu istrinya itu.
Awloh bilang: “Apa yang ada dalam hatimu tidak perlu kamu sembunyikan, dan kamu tidak perlu takut kepada mereka.”
Benar-benar Awloh yang BEJAT!!!!!!!!!!
Ketika orang-orang pada protes, seorang Ayah tidak boleh mengawini istri anaknya sendiri, muncul ayat di atas yang menerangkan kalau Zaid bukan anak kandung, ia cuma anak angkat. Kalau istri anak angkat boleh diembat, tapi istri anak kandung kagak boleh.
Dan yang sedikit maksa, ia bilang "Kawin dengan Zaenab adalah Sunnah (=Wajib)", ini perintah langsung dari Awloh, seperti perintah Awloh pd nabi-nabi terdahulu. Kita simak ayat berikut:
QS 33:38-39
"Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku, (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan."
Mana ada nabi-nabi terdahulu yang juga menjalankan SUNNAH seperti ini? Ini SUNNAH SETAN, bukan SUNNAH TUHAN!!!!!!
Dan sebagai pembelaan, kalau Muhammad memang berhak berbuat itu, ia dikatakan bukan sekedar sebagai Bapak Angkat, tapi ia adalah RASUL AWLOH, maka apapun kemauan beliau tidak boleh ditentang. Kita simak ayat berikut:
QS 33:40
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Coba, ini ajaran baik atau ajaran yang buruk? Kalau muslim bilang ini bukan ajaran yang salah kaprah, berarti tuh muslim emang sudah jadi budaknya si onta Arab.
Kisah kedua.
Kisah lain yang mirip dengan kisah nabi Sulaiman adalah perihal Penyembahan Berhala.
Batu Hitam sudah dikeramatkan oleh penduduk Mekkah jauh hari sebelum Muhammad ngaku-ngaku jadi nabi.
Bila sejarah Islam menyatakan kalau sebelum Islam, Mekkah masuk kategori jahiliyah, berarti apapun peninggalan sebelum Islam adalah Jahiliyah. Dan alasan Muslim yang mengklaim batu hitam sebagai peninggalan Siti Hajar sama sekali tidak berdasarkan bukti yang otentik. Semuanya hanya atas asumsi belaka.
Pada kisaran umur 35 tahun, ketika Muhammad telah menempuh kehidupan harmonisnya sebagai suami seorang bangsawan kaya Siti Khadijah, Mekkah dilanda banjir besar sehingga bangunan Kabah turut tergenang dan merusak beberapa bagian bangunan itu. Ketika semua orang Arab Jahiliyah saling berebut tentang siapa yg berhak memindahkan batu keramat ke tempatnya semula, Muhammad tampil ke depan bak orang suci yang dinobatkan sebagai pahlawan penyelamat BATU KERAMAT. Dia memimpin beberapa orang untuk turut berpartisipasi dalam mengangkat Batu Keramat itu dengan menggunakan kain. Sedemikian hormatnya orang-orang Jahiliyah itu terhadap BATU HITAM ini. Ini suatu bukti bahwa BATU INI adalah BERHALA!
Semenjak itu, Muhammad mulai mendapat perhatian dari orang-orang Mekkah. Mungkin, sejak itulah Muhammad mulai keblinger dan ingin mendapatkan penghormatan yang lebih. Lima tahun kemudian, Muhammad bersemedi di gua Hira dan mengaku mendapat wahyu langsung dari Jibril utusan Dewa Awloh.
Tradisi mengkeramatkan batu hitam ini masih terus dilanjutkan pada masa Muhammad sesudah ia berhasil menjadi nabi Islam. Dalam suatu Hadish dikatakan, Muhammad malah memberikan contoh nyeleneh kepada pengikutnya untuk MENCIUM BATU KERAMAT tersebut.
Hadits Sahih Bukhari Volume 2, Book 26, Number 673:
Dikisahkan oleh Salim bahwa ayahnya berkata :
Aku melihat Rasul Allah tiba di Mekah; mula2 dia mencium batu hitam (hajar aswad) ketika akan melakukan tawaf dan berlari-lari kecil di tiga putaran (tawaf) pertama dari tujuh kali putaran (tawaf)
Seorang pengikut Muhammad menyadari hajar aswad hanyalah sebuah berhala, dia terpaksa turut mencium hajar aswad karena takut dg Muhammad
Hadits Sahih Bukhari Volume 2, Book 26, Number 667:
Dikisahkan 'Abis bin Rabia
Umar mendekati batu hitam (hajar aswad) dan menciumnya dan berkata “Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau ini batu yang tidak memberi mudharat dan tidak pula memberi manfaat. Jikalau tidaklah karena saya melihat nabi saw mencium engkau, niscaya saya tidak akan menciummu pula."
Bila Awloh adalah Tuhan yg sama dengan Tuhannya Daud dan Tuhannya Sulaiman, tentu saja Tuhan akan mengutuk perbuatan ini dan akan menghukum Muhammad serta para pengikutnya. Dan tentu saja tidak hanya Muhammad dan pengikutnya, bahkan seluruh bangsa Arab bisa mendapat getahnya, seperti apa yang dialami oleh bangsa Israel sepeninggal Raja Sulaiman.
KESIMPULAN POIN 5:
AWLOH bukan Tuhannya para nabi. Sekalipun Muslim terus membuta dan mengklaim bahwa Awloh dalam Quran sama dengan Tuhan para nabi, tapi dari bukti-bukti yang kita sodorkan di sini (sejauh ini sudah 5 tabiat), membuktikan bahwa AWLOH memiliki TABIAT yang benar-benar NYELENEH dan tidak bisa dianggap itu sebagai TABIAT TUHAN, melainkan TABIAT SETAN.
Tuhan yg sejati tidak mengekor dan selalu menurut pada tingkah laku nabinya, justru nabilah yang harus menurut dan patuh pada apa yang dikehendaki Tuhan. Bila nabinya bertingkah laku menyimpang, Tuhan pasti akan memberikan peringatan dan hukuman padanya.
Terima kasih telah membaca Artikel Tentang TUHAN TIDAK MENGEKOR PADA NABINYA . Jika Anda ingin Copy Paste Artikel ini, Harap cantumkan Link TUHAN TIDAK MENGEKOR PADA NABINYA sebagai sumbernya.
Judul: TUHAN TIDAK MENGEKOR PADA NABINYA
Ditulis Oleh:جمع من الإلهام والحافز الإسلامي
Dtrebitkan Pada :2013-12-01T03:54:00-08:00
Ditulis Oleh:جمع من الإلهام والحافز الإسلامي
Dtrebitkan Pada :2013-12-01T03:54:00-08:00