KEBERADAAN TUHAN TIDAK BERGANTUNG PADA MANUSIA | جمع من الإلهام والحافز الإسلامي: KEBERADAAN TUHAN TIDAK BERGANTUNG PADA MANUSIA
Custom Search
"Tunjukilah kami jalan yang lurus ... " (Al Fatihah 6)
Sabda Isa kepadanya, "Akulah jalan Yang Lurus ... " (Injil, Rasul Yahya 14:6)

Minggu, 01 Desember 2013

Filled Under:

KEBERADAAN TUHAN TIDAK BERGANTUNG PADA MANUSIA


جمع من الإلهام والحافز الإسلامي - KEBERADAAN TUHAN TIDAK BERGANTUNG PADA MANUSIA Update Lagi Nih sodara Muslimin Dan Muslimat, Tentang KEBERADAAN TUHAN TIDAK BERGANTUNG PADA MANUSIA. Untuk Sahabat Sekeyakinan Yang sedang Mencari KEBERADAAN TUHAN TIDAK BERGANTUNG PADA MANUSIA, Mungkin KEBERADAAN TUHAN TIDAK BERGANTUNG PADA MANUSIA Ini bermanfaat Buat Anda. Monggo Dilihat KEBERADAAN TUHAN TIDAK BERGANTUNG PADA MANUSIA di bawah Ini Agar Lebih Jelas Tau Tentang Agama kita Yang sangat Kita Cinta Dan Kita Puji-puji ini.

Ini perbedaan ke-7, yang saya temukan dari hasil membandingkan AWLOH dengan Tuhannya para nabi, yaitu mengenai KEBERADAAN TUHAN yang INDEPENDENT.

Kalau kita baca Bibel, Tuhan itu tidak tergantung pada satu orang manusia yang mengangkatnya jadi Tuhan dan Sang Pengutus.

Firmannya bisa Dia sampaikan kepada siapa saja, bahkan di zaman dan di masa yang sama dengan nabinya.

Tuhan tidak hanya berfirman kepada Adam, tapi juga kepada Hawa. Jadi, Hawa tidak mendengar firman dari Adam, tapi mendengar sendiri dengan telinganya.

Tuhan tidak hanya berfirman kepada Adam dan Hawa, tapi juga kepada Kain, anaknya Adam (Kejadian 4). Jadi, Kain pun mendengar firman dengan telinganya sendiri, tidak berdasarkan pengakuan atau kesaksian orang tuanya.

Sampai pada zaman Abraham, Tuhan pun tidak hanya berfirman kepada Abraham, tapi Dia juga berfirman kepada Raja Gerar, Abimelekh sewaktu hendak merebut Sara dari Abraham (Kejadian 20). Sara pun mendengar sendiri janji Tuhan kepadanya. Jadi, firman Allah tidak hanya dimonopoli oleh satu orang saja, tapi semua orang bisa mendapatkan firman-Nya secara langsung.

Pada masa nabi Musa juga demikian. Firman Tuhan tidak hanya keluar dari mulut Musa saja, tapi Firman Tuhan pernah pula didengar oleh Harun dan Miryam, saudaranya (Bilangan 12).

Sampai pada zaman Yesus Kristus, firman juga tidak hanya didengar dari satu orang saja. Tapi beberapa orang telah mendengar firman itu, seperti kejadian di atas gunung ketika Kristus dimuliakan (Matius 17, Yohanes 12:28-30). Juga pada saat pra kelahiran Kristus, beberapa orang juga menerima firman, di antaranya Imam Zakharia (Lukas 1:5dst), Maria (Lukas 1:26dst), para gembala (Lukas 2:8dst).

Setelah kematian Kristus dan terangkatnya ke surga, firman tidak terhenti. Para murid masih mendengar firman, dan kuasa mujizat juga tidak sirna pasca kepergian sang guru. Beberapa nabi pada zaman para rasul bernubuat dan menyampaikan firman (Kisah Para Rasul 11:27; Kisah Para Rasul 13:1; Kisah Para Rasul 15:32; Kisah Para Rasul 21:10). Pada pada akhir abad pertama (sekitar tahun 90-95 Masehi), firman Tuhan turun langsung kepada Rasul Yohanes di pulau Patmos (Wahyu 1:4).

Jadi, Tuhan yang Asli, tidak tergantung dari mulut satu orang saja, tapi Dia benar-benar BEBAS menurunkan firmanNya, di mana pun, kapan pun dan kepada siapa saja.

Nah, bagaimana dengan Allah SWT-nya Muhammad?

Allah SWT kapan mulai berfirman?

Sejak Muhammad mengaku dicekik oleh "malaikat" di gua Hira.
Setelah itu, Allah SWT alias Awloh terus memuntahkan kata-kata ajimat-nya lewat perantaraan mulut Muhammad.

Tanpa mulut dowernya Muhammad, Awloh tidak akan bisa menyampaikan firman kepada orang-orang Arab.

Padahal sebelum itu, Awloh tidak pernah mengeluarkan firman atau petunjuk apapun yang nyata kepada orang-orang Arab, selain patung hubal dan bulan sabit di langit. Sebuah mitos yang tiba-tiba berubah jadi riil berkat mulut dowernya Muhammad.

Seandainya saat ini ada orang mengaku mendapat wahyu dari Dewa Zeus, maka dewa Zeusnya orang Yunani itu pun akan berubah status dari mitos menjadi seolah riil.

Nah, apakah benar Awloh itu benar-benar menjadi riil, sehingga pada akhirnya dia bisa diyakini sebagai Tuhan beneran dan bukan mitos lagi?

Kita amati dari sejarahnya. Setelah Muhammad mati, adakah awloh berfirman kepada para sahabat Muhammad? TIDAK, NOL BESAR. NIHIL.

Padahal, para sahabat itu menggantikan posisi Muhammad sebagai amirul mukminin kerajaan "Tuhan" versi Arab.

Kenapa awloh cuma nongol kepada Muhammad saja? Ada Muslim yang beralasan, karena Muhammad itu nabi terakhir. Kalau Awloh masih berfirman kepada para sahabat, maka nanti dikhawatirkan para sahabat itu akan jadi nabi pengganti Muhammad. Nah, ini konyol.

Setelah kita melihat dari fakta sejarah ini, maka dapat disimpulkan, bahwa Awloh yang semula mitos itu, dijadikan seolah-olah riil oleh Muhammad pada abad 7, kemudian setelah Muhammad mati, tuhan yang sudah tampak riil itu balik lagi jadi mitos kembali.

Kematian Muhammad, menghantarkan Awloh pada kematian pula.
Dengan tiadanya Muhammad, berarti itu menjadi momen bagi ketiadaan Awloh pula.

Dengan perkataan lain, Awloh ADA karena Muhammad yang mengatakannya.

Setelah Muhammad tidak mampu mengarang ayat-ayat lagi karena mulut dowernya sudah membusuk dimakan cacing tanah, maka Awloh dari tiada kembali menjadi tiada. Dengan demikian, Awloh bukanlah ALFA & OMEGA, yang awal dan yang akhir (walau di Alquran, Muhammad mengklaim demikian).

Jadi kesimpulan atas poin ketujuh ini:

AWLOH bukanlah Tuhan, apalagi sampai diklaim sebagai Tuhan yang sama dengan Tuhannya para nabi seperti yang tertulis dalam Bibel. Keberadaan Awloh sangat ditentukan oleh keberadaan Muhammad, itu pun setelah Muhammad berusia sekitar 40-an. Pada waktu Muhammad berusia 0 hingga 39 tahun, di manakah Awloh?

Begitu juga setelah Muhammad mati pada usia 63 tahun, di manakah Awloh? Setelah lewat tahun ke-63 usia Muhammad itu, Awloh sirna kembali seperti sedia kala. Jadi, keberadaan Awloh ditentukan oleh keberadaan Muhammad.

Awloh dibuat seolah-olah tetap ada, karena Muslim yang mengatakannya. Membunuh, teriak Allahuakbar. Ngebom, teriak Allahuakbar. Tapi secara akal, ini gobloknya setengah mati. Yang membunuh dan ngebom itu bukan Awloh, tapi Muslim-muslim tengik yang jiwanya telah dikuasai Iblis. Tapi, mereka mengimani, katanya yang melakukan kekejian itu adalah awloh. Nah, disinilah letak kesintingannya. Di sinilah letak sintingnya Islam.

Awloh itu tidak ada, tapi dibikin seolah-olah ada oleh Muslim.

Selama di bumi ini masih ada yang memuja Allah dan Rasulnya, maka tuhan mitos itu pun akan tetap diyakini ADA, walau secara akal sehat mereka tidak tahu menyembah siapa.

Bagi yang mau berpikir, seharusnya bisa mengambil kesimpulan sendiri, kalau Muhammad itulah yang menjelma jadi Allah SWT.
Tiap hari, Muslim teriak-teriak di Mesjid, Musholla atau Langgar-langgar pakai TOA sebanyak 5 kali, dengan maksud menanamkan pemahaman, yang sebenarnya penuh dengan tipu muslihat, bahwa Awloh itu sungguh-sungguh ada.

Jadi, sebenarnya Muslim-lah yang membikin awloh mitos itu menjadi seolah-olah ada.

Mereka telah menipu kesadaran mereka sendiri.

Tuhan asli tidak perlu dibuat-buat, atau dibikin seolah-olah ada. Adanya Tuhan bukan karena umatNya yang memaksakan ide tersebut bahwa Tuhan itu ada. Terbukti, Mohammad Ali Makrus seorang mantan ketua FPI murtad dari Islam karena telah bertemu Tuhan. Dini, seorang gadis berusia 17 tahun juga murtad dari Islam setelah bertemu Tuhan.

Nah, adakah orang yang jadi muallaf setelah bertemu dengan awloh?

Saya ada perumpamaan bagus untuk Muslim.

Kalimatnya sederhana saja, begini:

Awloh ada, karena ada mulut Muhammad.

Coba deh, mulut Muhammad ketika hidup itu disumpal pakai serbet dan diplester. Kemudian kedua tangannya diikat agar tidak bisa menulis. Kita biarin dia sampai menjadi "kembange amben".

Saya yakin, Awloh tidak akan mampu berfirman.

Ingat! Awloh ada, karena ada mulut Muhammad.

Tanpa mulut Muhammad yang dower itu, Awloh tidak akan sanggup mengarang Alquran.

Seandainya pada saat Muhammad mengaku Rasul di Mekkah itu dia dibunuh, maka Alquran pun tidak akan tercipta, sebab Awloh tidak bisa berfirman lagi.

Awloh bisa berfirman, selama ada mulut Muhammad.

Gunakan logika dan gunakan nalarmu, barulah kamu bisa menangkap kebrengsekan Muhammad, orang Arab itu. Muhammad itulah Awloh.


Terima kasih telah membaca Artikel Tentang KEBERADAAN TUHAN TIDAK BERGANTUNG PADA MANUSIA . Jika Anda ingin Copy Paste Artikel ini, Harap cantumkan Link KEBERADAAN TUHAN TIDAK BERGANTUNG PADA MANUSIA sebagai sumbernya.
thumbnail Judul: KEBERADAAN TUHAN TIDAK BERGANTUNG PADA MANUSIA
Ditulis Oleh:جمع من الإلهام والحافز الإسلامي
Dtrebitkan Pada :2013-12-01T03:52:00-08:00
Rating: 4.9
Reviewer: 9999 Reviews
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

جمع من الإلهام والحافز الإسلامي.

Designed by Admin | Publisher