Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh | جمع من الإلهام والحافز الإسلامي: Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh
Custom Search
"Tunjukilah kami jalan yang lurus ... " (Al Fatihah 6)
Sabda Isa kepadanya, "Akulah jalan Yang Lurus ... " (Injil, Rasul Yahya 14:6)

Minggu, 22 Desember 2013

Filled Under:

Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh


جمع من الإلهام والحافز الإسلامي - Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh Update Lagi Nih sodara Muslimin Dan Muslimat, Tentang Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh. Untuk Sahabat Sekeyakinan Yang sedang Mencari Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh, Mungkin Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh Ini bermanfaat Buat Anda. Monggo Dilihat Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh di bawah Ini Agar Lebih Jelas Tau Tentang Agama kita Yang sangat Kita Cinta Dan Kita Puji-puji ini.

=Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh=

Muhammad sewaktu menyesali perbuatannya, dia mengarang ayat teguran biar nampak seolah-olah Awloh menegurnya:

Penyesalan Muhammad karena berjanji "BESOK" tapi gagal memenuhinya

QS 18:23-24
Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini."

Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Muhammad tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. Dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah (artinya jika Allah menghendaki atau "tapi aku gak janji loo"). Namun sampai besok harinya Muhammad masih belum menemukan jawabannya. Maka untuk menutupi rasa malunya dan juga sebagai ekspresi penyesalannya karena terlalu ceroboh menjanjikan sesuatu hal padahal hal itu belum tentu dapat dia penuhi, dikaranglah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran bagi dirinya di masa mendatang.

Penyesalan Muhammad karena mencuekkin Abdullah bin Ummi Maktum yang matanya buta

QS 80:1-10
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah Ibnu Ummi Maktum yang buta yang datang kepada Muhammad, sambil berkata: "Berilah petunjuk kepadaku ya Rasulullah." Pada waktu itu Muhammad sedang "mendakwahi" para pembesar kaum Quraisy, dan tidak memandang muka pada Abdullah ibnu Ummi Maktum karena dia pria buta. Muhammad lebih suka mendakwahi pembesar-pembesar Quraisy ketimbang 1 pria tak berarti itu. Namun, tidak ada satu pun pembesar Quraish yang didakwahinya bersedia beriman kepadanya. Lalu menyesallah Muhammad karena dia telah bersikap cuek kepada 1 pria buta yang ingin mendengarkan pengajarannya. Untuk mengekspresikan perasaan bersalahnya itu, Muhammad mengarang QS 80:1-10 sebagai ayat teguran Awloh atas perbuatannya tersebut.

Kita lihat, bahwa ayat-ayat tersebut adalah ayat teguran yang dikarang Muhammad karena suatu kesalahan yang Muhammad perbuat yang merugikan dirinya sendiri baik secara psikologis maupun secara kepentingannya.

Sewaktu Muhammad berjanji akan menjawab 3 pertanyaan Quraish BESOK, dan janjinya itu meleset, orang Quraish sama sekali tidak dirugikan dalam kasus tersebut, melainkan Muhammad-lah yang rugi sendiri dan dia layak merasa malu. Dari kejadian itu, timbullah rasa penyesalan dalam dirinya, membodoh-bodohkan dirinya sendiri, dan sebagai ungkapan penyesalannya itu, keluarlah QS 18:23-24 di atas. Dia menyesal, kenapa dia berjanji tanpa mengucapkan kata, "insya allah" yang artinya, "kalau janjiku meleset itu karena kehendak awloh, bukan kesalahanku." Seandainya dia mengucapkan itu, tentu dia tidak akan dipermalukan oleh kaum Quraish.

Begitu pula dalam kasus pencuekan pria buta. Perbuatan cuek tersebut sama sekali tidak merugikan orang lain, tapi merugikan dirinya sendiri. Muhammad yang menyadari kalau usahanya untuk menggaet para pembesar Quraish gagal, dia akhirnya memilih seorang pria buta sebagai gantinya. Dan itu membawa rasa malu dan penyesalan pada diri Muhammad. Bukankah dia ingin mendapatkan jumlah pengikut? Mending dapat tambahan 1 pengikut ketimbang tidak sama sekali. Sebagai ekspresi rasa penyesalannya karena telah bersikap sombong kepada pria buta yang sebenarnya mau dengan sukarela menjadi pengikutnya itu, maka dikaranglah QS 80:1-10.

Nah, itulah Muhammad, sang aktor pemeran Awloh. Dia menggunakan KIBULAN KE-6 ini untuk menipu orang-orang bodoh agar menyangka Muhammad benar-benar PERNAH MENDAPAT TEGURAN dari awloh rekaannya. Padahal, itu adalah sandiwaranya belaka untuk mengekspresikan rasa penyesalannya karena telah berbuat sesuatu yang merugikan dirinya sendiri.

Tapi bagaimana dengan PERBUATAN-PERBUATAN Muhammad yang lain yang jelas-jelas MERUGIKAN ORANG LAIN dan TIDAK MERUGIKAN DIRINYA SENDIRI? Sampai mati pun, Awloh tidak pernah menegur dia.

Sekalipun Muhammad merampok, Awloh tak pernah nurunin ayat teguran untuknya.
Sekalipun Muhammad menyetubuhi seorang pelayan di rumah istrinya, Awloh tak pernah nurunin ayat teguran untuknya.
Dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan jahat Muhammad dan tak bermoral, yang tidak pernah mendapatkan teguran dari Awloh. Alasannya: Karena dari perbuatan-perbuatan itu Muhammad merasa tak dirugikan dan dia tak pernah menyesalinya.

Bandingkan dengan Daud, yang sehabis berbuat jahat (merebut istri pegawainya), lalu datang Nabi Natan memperingatkan dosanya itu dan lalu menyesallah Daud.

Muhammad beda. Terhadap perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukannya, Awloh tidak menegur, tapi terhadap kesalahan Muhammad yang sepele dan hanya berdampak merugikan dirinya sendiri saja, maka Awloh menegurnya.

Daud berbuat jahat => Tuhannya menegur => Daud menyesal.
Muhammad berbuat jahat => Muhammad tidak menyesal karena itu tidak merugikan dirinya => Tidak ada teguran Awloh.
Muhammad berbuat ceroboh yang merugikan dirinya sendiri => Muhammad menyesal => Ada teguran Awloh atas kesalahannya itu.

Jadi, TEGURAN itu semata-mata hanyalah sebagai SANDIWARA KONYOL untuk mengekspresikan rasa penyesalan Muhammad atas kesalahannya terhadap diri sendiri.

Itulah KIBULAN KE-6, setelah TRIBUL, KIBULAN KE-4 & KIBULAN KE-5.




Terima kasih telah membaca Artikel Tentang Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh . Jika Anda ingin Copy Paste Artikel ini, Harap cantumkan Link Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh sebagai sumbernya.
thumbnail Judul: Kibulan ke-6: Karena menyesali perbuatannya, turunlah ayat teguran dari Awloh
Ditulis Oleh:جمع من الإلهام والحافز الإسلامي
Dtrebitkan Pada :2013-12-22T05:06:00-08:00
Rating: 4.9
Reviewer: 9999 Reviews
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

جمع من الإلهام والحافز الإسلامي.

Designed by Admin | Publisher