جمع من الإلهام والحافز الإسلامي - Apa yang Membuat Isa Sangat Berbeda? Update Lagi Nih sodara Muslimin Dan Muslimat, Tentang Apa yang Membuat Isa Sangat Berbeda?. Untuk Sahabat Sekeyakinan Yang sedang Mencari Apa yang Membuat Isa Sangat Berbeda?, Mungkin Apa yang Membuat Isa Sangat Berbeda? Ini bermanfaat Buat Anda. Monggo Dilihat Apa yang Membuat Isa Sangat Berbeda? di bawah Ini Agar Lebih Jelas Tau Tentang Agama kita Yang sangat Kita Cinta Dan Kita Puji-puji ini.
Baru-baru ini saya berbicara dengan sekelompok orang di Los Angeles. Saya bertanya kepada mereka, “Menurut pendapat kalian, siapakah Isa Almasih?” Mereka mengatakan bahwa Dia adalah pemimpin agama yang besar. Saya setuju dengan pendapat itu. Isa Almasih memang seorang pemimpin agama yang besar. Tetapi saya yakin, bahwa Dia lebih dari pada itu.
Banyak orang (pria & wanita) hingga akhir abad ini memiliki perbedaan pendapat yang besar atas pertanyaan “Siapakah Isa?” Mengapa banyak konflik terjadi karena seorang pribadi? Mengapa nama itu menyebabkan iritasi melebihi nama-nama pemimpin agama yang lain? Mengapa pada saat Anda berbicara tentang Allah tak ada seorangpun merasa terganggu, tetapi setelah Anda menyebut tentang Isa mereka seringkali segera menghentikan percakapan? Atau mereka menjadi diam? Suatu saat saya menyebut sesuatu tentang Isa kepada sopir taksi di London, dan tiba-tiba dia berkata,”Saya tidak suka berbicara tentang agama, khususnya Isa.”
Seberapa besarkah perbedaan Isa dengan para pemimpin agama lainnya? Mengapa nama-nama seperti Budha, Muhammad, Confucius tidak tarasa menggangu bagi yang mendengarnya? Alasannya adalah bahwa para pemimpin agama ini tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Allah, tetapi Isa mengatakannya. Itulah yang membuat Isa sangat berbeda dengan para pemimpin agama lainnya.
Tidak memerlukan waktu yang lama bagi orang-orang yang mengenal Isa untuk menyadari bahwa Ia telah membuat pernyataan yang mengejutkan tentang diri-Nya sendiri. Ini jelas dari pernyataan-Nya yang telah mengidentifikasikannya sebagai seseorang yang lebih dari sekedar nabi atau guru. Dia secara jelas menyatakan bahwa Dia Tuhan. Dia telah menunjukkan diri-Nya sebagai satu-satunya jalan menuju Allah, satu-satunya sumber pengampunan dosa, dan satu-satunya jalan keselamatan.
Bagi beberapa orang hal ini terlalu tidak umum, terlalu sulit bagi mereka yang ingin mempercayainya. Kini persoalannya bukan apa yang ingin kita pikirkan atau percayai, tetapi apa yang Isa katakan tentang diri-Nya?
Apa yang dikatakan oleh kitab Perjanjian Baru tentang hal ini? Kita seringkali mendengar frasa ini, “Ketuhanan Isa Almasih.” Ini berarti Isa Almasih adalah Tuhan.
A. H. Strong dalam bukunya Teologia Sistematik mendefinisikan Allah sebagai “roh yang tak terbatas dan sempurna, dimana hanya didalam Dia saja seluruh alm semesta mempunyai sumber, sokongan, dan perhentian.”{1} Definisi ini mewakili semua agama termasuk Muslim dan Yahudi. Teisme mengajarkan bahwa Tuhan adalah pribadi yang merencanakan dan menciptakan alam semesta ini. Tuhan memelihara dan mengaturnya hingga saat ini. Teisme dari sudut Kekristenan memberikan catatan tambahan pada definisi di atas: “…dan yang telah menjelma sebagai Isa dari Nasareth.”
Isa Almasih sesungguhnya adalah sebuah nama dan gelar. Nama Isa (sabutan bahasa Arab) diambil dari nama Grika: Jeshua atau Joshua yang berarti “Yehova – Juruselmat” atau “Alah yang menyelamatkan.” Gelar Almasih diambil dari kata Ibrani: Messiah (atau Ibrani Mashiach – Daniel 9:26) dan berarti “yang diurapi.” Dua jabatan, raja dan imam, imasukkan dalam penggunaan gelar “Mesias.” Gelar-Nya menegaskan Isa sebagai raja dan imam yang dijanjikan dalam nubuatan kitab Perjanjian Lama. Penegasan ini merupakan salah satu hal yang penting dan krusial untuk memiliki pemahaman yang seimbang tentang Isa dan Kekristenan.
Kitab Perjanjian Baru secara jelas memaparkan Almasih sebagai Tuhan. Nama-nama yang dikenakan kepada Almasih dalam Perjanjian Baru sepantasnya hanya diterapkan kepada Allah. Sebagai contoh, Isa disebut Allah dalam kalimat ini, “Menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita, Isa Almasih.” (Titus 2:13; bandingkan Yohanes 1:1; Ibrani 1:8; Roma 9:5, I Yohanes 5:20,21). Sifat-sifat yang dalam Alkitab dihubungkan dengan Isa hanya dapat diterapkan pada Allah Isa dinyatakan memiliki eksistensi dengan sendirinya (Yohanes 1:4; 14:6); Mahahadir (Matius 28:20; 18:20); Mahatahu (Yohanes 4:16; 6:64; Matius 17:22-27); Mahkuasa (Whyu 1:8; Lukas 4:39-55; 7:14,15; Matius 8:26,27); dan mempunyai hidup abadi (1 Yohanes 5:11, 12,20; Yohanes 1:4).
Isa menerima penghormatan dan pujian yang selayaknya hanya diterima oleh Tuhan. Dalam konfrontasinya dengan Setan, Isa berkata, “Sudah tertulis, ‘Kamu hanya akan menyembah Tuhan Alllahmu, dan melayani-Nya’” (Matius 4:10) Kini Isa menerima penyembahan sebagai Allah (Matius 14:33; 28:9) dan kadang-kadang menuntut untuk disembah sebagai Tuhan (Yohanes 5:23; bandingkan Ibrani 1:6; Wahyu 5:8-14).
Kebanyakan para pengikut Isa Almasih yang sebelumnya menganut Agama Yahudi percaya adanya satu Allah yang benar. Mereka penganut monoteis yang fanatik, kini mereka mengakui Isa sebagai inkarnasi Allah.
Karena pendidikan kerabiannya yang ekstensif, Paulus tentunya akan kurang suka terhadap gelar ketuhanan Isa, apalagi untuk menyembah seorang manusia yang berasal dari Nasareth dan menyebut-Nya Tuhan. Tetapi itulah yang dilakukan Paulus. Dia mengakui Anak domaba Allah (Isa) sebagai Tuhan ketika dia berkata, ” Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Acts 20:28).
Setelah Almasih bertanya kepada Petrus tentang siapakah Dia sebenarnya, Petrus mengaku,”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” (Matius 16:16). Isa merespon pengakuan Petrus, tidak dengan mengoreksinya, melainkan membenarkan pengakuan itu dan menyebutkan sumbernya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 16:17).
Martha, seorang sahabat yang dekat dengan Isa berkata kepada-Nya, “Aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah” (Yohanes 11:27). Kemudian Natanael, yang berpikir bahwa tidak ada yang baik datang dari Nasaret. Dia mengakui bahwa Isa adalah “Anak Allah; Engkaulah Raja Israel.” (Yohanes 1:49)
Ketika Stefanus dirajam, ia berseru dengan suara nyaring, Ya Tuhan Yesus (Isa), terimalah rohku!” (Kis 7:59). Penulis surat Ibrani menyebutkan Almasih sebagai Allah ketika dia menulis, “ Tetapi tentang Anak Ia berkata, TahtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya.” (Ib 1:8). Yohanes Pembaptis memberitakan kedatangan Isa dengan berkata bahwa “Turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atasNya. Dan terdengarlah suara dari langit, ‘Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan’” (luk 3:22).
Kemudian sudah tentu kita mempunyai pengakuan Tomas, yang lebih dikenal sebagai “orang yang kritis.” Barangkali ia seorang sarjana. Ia berkata, “Aku tak akan percaya sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam luka bekas paku itu” (lih Luk 20:25). Saya dapat mengidentifikasikan diri saya dengan Thomas. Ia berkata, “Begini, ini bukan peristiwa sehari-hari, karena tidak setiap hari o-rang bangkit dari kematian atau menyatakan dirinya sebagai Allah yang menjelma. Aku perlu bukti.” Delapan hari kemudian setelah Thomas mengatakan rasa sangsinya mengenai Isa di hadapan para murid lainnya, “Isa berada kembali dalam rumah itu dan Thomas berada bersama-sama mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Isa datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, .Damai sejahtera bagi kamu!’ Kemudian Ia berkata kepada Thomas, ‘taruhlah jarimu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan Engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’ Thomas menjawab Dia, ‘ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Isa kepadanya, ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’ “ (Yoh 20:26-29). Isa menerima pengakuan Thomas karena ketidak-percayaannya, tetapi bukan karena penyembahannya.
Pada titik ini seorang kritikus barangkali mau mengatakan bah-wa semua pengakuan dibuat oleh orang lain mengenai Almasih, dan berasal dari Almasih sendiri mengenai dirinya sendiri. Biasanya tuduhan yang muncul di dalam kelas para mahasiswa ialah bahwa orang-orang di masa Almasih itu salah faham tentang Dia, sama halnya dengan kita sekarang ini. Dengan kata lain, Isa tidak sungguh-sungguh menyatakan dirinya sebagai Allah.
Saya kira tidak demikian,dan saya yakin bahwa keilahian Almasih itu terdapat langsung dari halaman-halaman perjanjian Baru. Catatan-catatan itu berlimpah dan maknanya jelas. Seorang pengusaha yang memeriksa Alkitab untuk memastikan apakah Almasih benar-benar menyatakan diriNya sebagai Allah, berkata, “ Bila ada seorang yang membaca Perjanjian Baru, tetapi tidak menyimpulkan bahwa Isa menyatakan dirinya sebagai ilahi , maka dia sama halnya dengan seorang buta yang berdiri di luar ru-angan pada suatu hari yang cerah dan berkata bahwa dia tak bisa melihat matahari.”
Dalam Injil Yohanes ada konfrontasi antara Isa dengan sejumlah orang Yahudi. Konfrontasi itu dimulai ketika Isa menyembuhkan seorang lumpuh pada hari sabat (hari perhentian untuk ibadah orang Yahudi) dan kemudian memerintahkannya untuk mengangkat tikarnya dan berjalan. “Dan karena alasan inilah maka orang-orang Yahudi menganiaya Isa, karena Ia melakukan hal-hal tersebut pada hari sabat. Tetapi Ia menjawab mereka, ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ Sebab itu orang-orang Yahudi berusaha lagi untuk membunuhnya, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah” (Yoh 5:16-18).
Dalam pemahaman orang Yahudi, dengan mengatakan bahwa Allah adalah “BapaKu” dan bukan “Bapa kita”, maka Isa mengangggap diriNya sebagai Anak Allah. Sebagai akibatnya orang Yahudi semakin membenci dia. Isa bukan saja menyatakan dirinya sama derajat dengan Allah bila Dia menyebut Allah sebagai Bapanya. Melainkan juga Dia mengklaim bahwa dia adalah satu dengan Allah Bapa. Pada hari raya Pentahbisan (Peresmian dan pemberkatan) Bait Allah di Yerusalem, Isa didekati oleh sejumlah pemimpin-pemimpin Yahudi yang menanyakan apakah Ia memang Mesias itu. Isa mengakhiri komentarNya kepada mereka dengan mengatakan, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). “Sekali lagi orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Isa. Kata Isa kepada mereka, ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal dari BapaKu yang kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang Yahudi itu, “ Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah (Yoh 10:31-33). Orang Yahudi tidak dapat menganggap kata-kata Isa itu lain daripada hujatan, dan mereka sendiri mulai melaksanakan hukum. Dalam hukum Taurat dinyatakan bahwa hujatan pada Allah harus dihukum rajam (Im 24:16). Tetapi orang-orang ini tidak membiarkan berlangsungnya proses hukum seperti seharusnya. Mereka tidak mengajukan tuduhan tertentu sehingga para penguasa dapat mengambil tindakan, tetapi mereka dalam kemarahannya mempersiapkan diri mereka sendiri untuk menjadi hakim-hakim dan sekaligus algojo-algojo.
Seorang profesor pernah mengatakan bahwa satu-satunya Injil di mana Isa menyatakan irinya sebagai Allah adalah Injil Yohanes, sedangkan itu adalah kitab terakhir yang ditulis. Ia enegaskan bahwa dalam Injil yang paling tua yaitu Injil Markus, tak sekalipun menyebutkan pernyataan Isa sebagai Allah. Profesor ini rupanya kurang cermat dalam membaca Injil Markus. Dalam Injil Markus, Isa menyatakan dirinya mampu mengampuni dosa. “Ketika Isa melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, ‘ Hai anakKu, dosamu sudah diampuni!” (Mrk 2:5; lihat pula Luk 7:48-50). Menurut kaum Yahudi, hal ini hanya bisa dilakukan oleh Allah saja. Orang Yahudi terkejut mendengar perkataan Isa tersebut dan bertanya, “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat menagampuni dosa, selain Allah sendiri? (Mrk 2:7). Saya dapat mengampuni dosa orang yang bersalah kepada saya, tetapi saya tidak mempunyai wewenang untuk mengampuni dosa seseorang yang dilakukan kepada orang lain, apalagi dosa kepada Allah. Tetapi itulah yang dilakukan oleh Isa. Ia bertindak sebagai Allah yang mengampuni dosa manusia kepadaNya. Tidak heran jika orang Yahudi bereaksi keras ketika seorang tukang kayu dari Nazaret mengucapkan pernyataan yang demikian berani. Kuasa Isa ini untuk mengampuni dosa adalah contoh yang amat tegas bahwa dia melakukan sesuatu yang merupakan hak istimewa Allah saja.
Juga dalam Injil Markus ada catatan tentang waktu Isa diadili (14:60-64). Tata cara peradilan itu adalah salah satu acuan paling jelas terhadap pernyataan-pernyataan Isa tentang keilahiannya. “Maka Imam besar bangkit berdiri di tengah-tengah sidang dan bertanya kepada Isa, katanya, “ Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?’ Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam besar itu bertanya kepadaNya sekali lagi, katanya, ‘Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?’ Jawab Isa, ‘Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.’ Maka Imam besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata, ‘untuk apa kita perlu saksi lagi? Kamu sudah mendengar hujatNya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?’ Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan bahwa Dia harus dihukum mati.”
Seorang teolog, Robert Anderson menunjukkan, “ Tak ada bukti yang lebih meyakinkan daripada bukti dari para saksi yang menaruh benci. Dan kenyataan bahwa Tuhan menyatakan keilahiannya terbukti jelas melalui tindakan musuh-musuhNya. Kita harus ingat bahwa orang-orang Yahudi bukanlah bangsa biadab yang bodoh, melainkan berbudaya tinggi serta amat saleh beribadah. Dan justru berdasarkan tuduhan itu, tanpa satu suara pun yang tidak setuju, hukuman matiNya dijatuhkan oleh Sanhedrin, yaitu Dewan Nasional teringgi mereka, yang terdiri dari pemimpin keagamaan dan yang paling terkemuka.
Menanggapi pernyataan Isa tersebut maka ada dua alternatif yang harus kita hadapi: yaitu bahwa pernyataan-pernyataanya itu memang hujatan, atau bahwa dia memang Allah. Hakim-hakimnya melihat masalahnya dengan jelas, malah dengan begitu jelas sehingga mereka menyalibkan dia dan kemudian mengejeknya karena “Ia menaruh harapanNya pada Allah … . Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah “ (Mat 27:43).
Hakim Gaynor, ahli hukum terkemuka dari Pengadilan New York, dalam pidatonya mengenai pengadilan Isa, menyatakan bahwa hujatan merupakan tuduhan satu-satunya yang dilontarkan kepada Isa dihadapan Sanhedrin. Pada kebanyakan pengadilan, orang diadili karena perbuatan mereka, tetapi bukanlah demikian halnya dengan Isa. Isa diadili karena siapa diriNya. Pengadilan Isa seharusnya cukup untuk memberikan kesaksian bahwa dia mengakui keilahianNya.
Selanjutnya yang menjadi pertanyaan yaitu: Apakah pernyataan Isa itu benar, bahwa Ia adalah Allah, atau pernyataan itu tidak benar, yang menunjukkan Ia pembohong atau mungkin Ia tidak tahu akan apa yang dikatakanNya?
Terima kasih telah membaca Artikel Tentang Apa yang Membuat Isa Sangat Berbeda? . Jika Anda ingin Copy Paste Artikel ini, Harap cantumkan Link Apa yang Membuat Isa Sangat Berbeda? sebagai sumbernya.
Judul: Apa yang Membuat Isa Sangat Berbeda?
Ditulis Oleh:جمع من الإلهام والحافز الإسلامي
Dtrebitkan Pada :2013-10-02T21:11:00-07:00
Ditulis Oleh:جمع من الإلهام والحافز الإسلامي
Dtrebitkan Pada :2013-10-02T21:11:00-07:00