جمع من الإلهام والحافز الإسلامي - Sejarah Jihad Update Lagi Nih sodara Muslimin Dan Muslimat, Tentang Sejarah Jihad. Untuk Sahabat Sekeyakinan Yang sedang Mencari Sejarah Jihad, Mungkin Sejarah Jihad Ini bermanfaat Buat Anda. Monggo Dilihat Sejarah Jihad di bawah Ini Agar Lebih Jelas Tau Tentang Agama kita Yang sangat Kita Cinta Dan Kita Puji-puji ini.
Ada
100 kasus pertempuran bersenjata yang diselidiki sebabnya, waktunya,
tempatnya dan orang2 yang terlibat. Hasil detail penyelidikan ini
ternyata sangat menyayat perasaan, membuat orang jadi tercengang. Dari
hasil ini tampak jelas, tanpa keraguan sedikit pun, kesamaan yang
menggiriskan antara pejuang2 Islam di jaman Muhammad dan di jaman ini.
Hampir semua kasus pertempuran, terjadi karena serangan2 teroris agresif
oleh prajurit2 Muslim. Jihadis
Islamlah yang selalu memulai penyerangan, di banyak kasus tanpa ada
alasan atau gangguan yang nyata. Serangan teror yang dilakukan prajurit
Muslim dengan buas ini termasuk pembantaian, pemusnahan ras, pengusiran
ras, pembunuhan atas balas dendam, pembunuhan karena alasan politik, dan
di banyak kasus, semata-mata adalah perampokan dan penjarahan belaka. Muhammad
melakukan serangkaian teror dan penjarahan untuk menghadiahi
pengikut2nya dengan barang2 jarahan yang mudah dirampas seperti tanah,
harta benda, budak, dan wanita.. Kegiatan teror dan perampokan ini
membuat para Jihadis itu begitu kaya, sehingga dapat membiayai diri
sendiri dan ini sangat penting bagi berdirinya kekuasaan Islam di
seluruh Jazirah Arabia
Kebanyakan
penulis biografi Muhammad menulis laporan panjang tentang perang2 yang
terkenal antara prajurit Muslim dan prajurit2 non-Muslim. Perang2 besar
ini berjumlah sekitar tiga belas dan semuanya ditulis dengan lengkap
oleh ahli2 sejarah. Akan tetapi, justru pertempuran2 yang kecil yang
merupakan kejadian2 yang paling penting untuk mengungkapkan seberapa
besar kebuasan, kekejaman, sifat barbar, keserakahan tanpa batas,
penjarahan, kelicikian dan nafsu seks yang tak terpuaskan dari orang2
Islam awal. Ini adalah penemuan yang mengejutkan dan tadinya
dirahasiakan baik2 diantara orang2 Islam. Sebenarnya agak menyedihkan
kalau diingat hanya sedikit sekali ahli sejarah yang berusaha
menyelidiki detail dari kegiatan2 teror yang “kecil” dan “tak penting”
ini.
Banyak
hukum Syariah yang kejam ditulis berdasarkan contoh2 yang ditetapkan
Muhammad dan pengikutnya selama melakukan serangkaian perang dan teror
berdarah. Banyak ayat2 Quran yang berhubungan dengan kejadian2 perang
ini. Sejak keberadaan hukum Syariah dan Quran adalah mutlak dan utuh
untuk selamanya, maka tidak ada harapan isinya dirubah agar kelihatan
lebih damai.
Artikel
panjang ini berdasarkan keterangan yang dikumpulkan dari berbagai
sumber informasi Islam yang sempurna. Tapi, pertama-tama, tentunya kita
mesti sadar bahwa informasi “sempurna” ini telah disensor, disaring,
dengan teliti dan segala elemen yang ‘mengerikan’, telah dibuang
sebisa mungkin sebelum dipublikasikan untuk umum. Meskipun begitu, kita
tetap saja menemukan informasi/kejadian yang mengejutkan, sukar
dipercaya, dan barbarik yang tersembunyi dalam2 di buku2 Islam yang
autentik. Upaya2 bedah plastik di buku2 Islam merupakan cara cerdik para
‘dokter’ Islam untuk menipu dunia tentang isi Islam yang sebenarnya
karena semua orang sangat ragu untuk percaya bahwa Islam adalah agama
damai.
Pada
akhirnya, penelitian ini membawa penulis pada kesimpulan bahwa Islam
dan terorisme tidak dapat dipisahkan. Akar teror ala Islam memang adalah
inti ajaran Islam. Perintah ini tertanam dalam2 di khotbah, perintah,
keputusan, inspirasi, praktek dan contoh2 yang dilakukan oleh Muhammad
dan juga para pengikutnya jaman ini, yang hidup dengan pedang menyebar
teror dan menggunakannya sebagai senjata yang paling manjur untuk
menundukkan musuh yang merintangi usahanya. Jika seorang Muslim mengikuti “ISLAM SEJATI”, yang tidak disensor, asli Islam yang dikhotbahkan dan dipraktekkan oleh Muhammad, orang itu tidak bisa tidak akan jadi TERORIS .
B I B L I O G R A P H Y
Tidak
seperti tulisan lain yang umumnya meletakkan bibliografi di bagian
belakang, kami ingin meletakkan bibliografi di depan uraian ini. Ini
untuk memudahkan para pembaca. Pembaca yang serius harus dapat melihat
bibliografi dengan mudah untuk memeriksa langsung dan memastikan.
“The Holy Qur’an,” the internet version of three English translations can be read at: http://www.usc.edu/dept/MSA/quran/]
Ali, Abdullah, Yusuf, “The Holy Qur’an: Translation and Commentary,” Amana Corp., Brentwood, Maryland, 1983.
“The Holy Qur’an,” translated by Maulana Sher Ali, Islam International Publications Ltd., Telford, Surrey, U.K., 1997.
“The Koran, “ Penguin Classic (1956), translated by N.J. Dawood, Penguin Books, London reprint, 1999.
“The Koran,” translated by J.M. Rodwell; first published in 1909; reissued by Phoenix Press, London, 1994.
Pickthall, Mohammad Marmaduke, “The Meaning of the Glorious Koran, Translation and Explanation”; reprinted by Adam Publishers & Distributors, New Delhi, India, 1996.
al-Hilali, Muhammad Taqi-ud-Din(Dr.) and Dr. Muhammad Muhsin Khan, “The Noble Qur’an Transliteration in Roman Script And English Translation of the Meanings,” Darussalam Publishers, Riyadh, Saudi Arabia, 1996. [The internet version of the English translation by these two modern translators can be read at: [ http://www.witness-pioneer.org/vil/ ]
Makhlaf, Ash-Shaikh Hasnain Muhammad, “Kalimatul Qur’an,” translated by Duraid & Faiz Fatouhi, Kitab Bhavan, 1784 Kalam Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, 2nd. ed. 2002.
Abu Dawud, Sulayman b. al-Ash’ath, “Al-Sunaan,” a collection of Hadith, translated in Eng by Prof. Ahmad Hasan:[http://www.luc.edu/orgs/msa/abudawud/index.htm ]
al-Bukhari, Muhammad b. Ismail b al-Mughira, “Sahi al-Bukhari,” translated in Eng by Dr. Muhammad Muhsin Khan:
Muslim, Abu al-Hussain b. al-Hajjaj al-Qushairi, “Sahi Muslim,” translated in English by Adul Hamid Siddiqui:
Malik, ibn Anas ibn Malik, Abdullah al-Asbahi al-Himyari, “Muwatta,” translated in English by A’sha Abdurrahman at-Tarjumana and Ya’qub Johnson: [http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/muwatta/ ]
Ibn Ishaq, Muhammad b. Yasr, “Sirat Rasul Allah,” translated in English by A. Guillaume; first published by Oxford University Press, London in 1955; fifteenth reprint by Oxford University Press, Karachi, Pakistan, 2001.
al-Mubarakpuri, Saifur Sahman, ”The Sealed Nectar (Ar-Raheeq al-Makhtum),” revised edition; translated in English from Arabic by Mahir Abu Dhahab, Darussalam Publishers, Riyadh, Saudi Arabia, 2002. [An older edition of this book can be read online at: http://www.witness-pioneer.org/vil/Books/SM_tsn/index.htm ]
Ibn Sa’d, Abu Abd Allah Muhammad, “Kitab al-Tabaqat,” vol ii, translated in English by S. Moinul Haq, Kitab Bhavan; 1784, Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, India, 1972.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “Muhammad at Mecca,” vol. vi, translated and annotated by W. Montgomery Watt and M.V. McDonald, State University of New York Press, Albany, 1988.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Foundation of the Community, Muhammad at al-Medina,” vol. vii, translated and annotated by M.V. McDonald and W. Montgomery Watt, State University of New York Press, Albany, 1987.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Victory of Islam,” vol. viii, translated by Michael Fishbein, State University of New York Press, Albany, 1997.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Last Years of the Prophet,” vol. ix, translated by Ismail K. Poonwala, , State University of New York Press, Albany, 1990.
Rodinson, Maxine, “Muhammad,” translated from French by Anne Carter; first published in 1971; The New York Press publication, 2002,
Muir, William, “Life of Mahomet” in four volumes, Smith, Elater & Co. London, 1861: [http://www.answering-islam.org/Books/Muir/index.htm ]
Haykal, Muhammad Hussain, “The Life of Muhammad,” translated by Isma’il Razi A. al-Faruqi: [http://www.witness-pioneer.org/vil/Books/MH_LM/default.htm ]
Dashti, Ali, “23 Years: A Study in the Prophetic Career of Mohammad,” translated from Persian by F.R.C. Bagley, Mazda Publishers, Costa Masa, California, 1994.
Hamidullah, Muhammad, “The Battlefields of The Prophet Muhammad,” 3rd. ed., Kitab Bhavan; 1784, Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, India, 4th., reprint, 1992.
Hughes, Patrick Thomas, “A Dictionary of Islam;” first published in 1886; latest reprint by Kazi Publications Inc,, Chicago, 1994.
Ibn al-Kalbi, Hisham, “The Book of Idols (Kitab Al-Asnam),” translated in English by Nabih Amin Faris, Princeton University Press, 1952. [http://www.answering-islam.org/Books/Al-Kalbi/index.htm ]
al-Misri, Ahmed ibn Naqib, “Raliance of the Traveller (‘Umdat al-Salik),” revised edition, translated by Nuh Ha Mim Keller, Amana Publications, Bettsville, Maryland, 1999.
Hamilton, Charles, “Hedaya,” translated in English in 1870 from the Persian version; reprinted by Kitab Bhavan, 1784 Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, 1994.
Doi, Abdur Rahman I.,” Shari’ah: The Islamic Law;” first published in London, in1984; Malaysia reprint by A.S. Noordin, G.P.O. Box No. 10066, 50704, Kuala Lumpur, 1998.
Fouda, Yosri and Nick Fielding, “Masterminds of Teror,” Penguin Books, Australia, 2003.
Ali, Abdullah, Yusuf, “The Holy Qur’an: Translation and Commentary,” Amana Corp., Brentwood, Maryland, 1983.
“The Holy Qur’an,” translated by Maulana Sher Ali, Islam International Publications Ltd., Telford, Surrey, U.K., 1997.
“The Koran, “ Penguin Classic (1956), translated by N.J. Dawood, Penguin Books, London reprint, 1999.
“The Koran,” translated by J.M. Rodwell; first published in 1909; reissued by Phoenix Press, London, 1994.
Pickthall, Mohammad Marmaduke, “The Meaning of the Glorious Koran, Translation and Explanation”; reprinted by Adam Publishers & Distributors, New Delhi, India, 1996.
al-Hilali, Muhammad Taqi-ud-Din(Dr.) and Dr. Muhammad Muhsin Khan, “The Noble Qur’an Transliteration in Roman Script And English Translation of the Meanings,” Darussalam Publishers, Riyadh, Saudi Arabia, 1996. [The internet version of the English translation by these two modern translators can be read at: [ http://www.witness-pioneer.org/vil/ ]
Makhlaf, Ash-Shaikh Hasnain Muhammad, “Kalimatul Qur’an,” translated by Duraid & Faiz Fatouhi, Kitab Bhavan, 1784 Kalam Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, 2nd. ed. 2002.
Abu Dawud, Sulayman b. al-Ash’ath, “Al-Sunaan,” a collection of Hadith, translated in Eng by Prof. Ahmad Hasan:[http://www.luc.edu/orgs/msa/abudawud/index.htm ]
al-Bukhari, Muhammad b. Ismail b al-Mughira, “Sahi al-Bukhari,” translated in Eng by Dr. Muhammad Muhsin Khan:
Muslim, Abu al-Hussain b. al-Hajjaj al-Qushairi, “Sahi Muslim,” translated in English by Adul Hamid Siddiqui:
Malik, ibn Anas ibn Malik, Abdullah al-Asbahi al-Himyari, “Muwatta,” translated in English by A’sha Abdurrahman at-Tarjumana and Ya’qub Johnson: [http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/muwatta/ ]
Ibn Ishaq, Muhammad b. Yasr, “Sirat Rasul Allah,” translated in English by A. Guillaume; first published by Oxford University Press, London in 1955; fifteenth reprint by Oxford University Press, Karachi, Pakistan, 2001.
al-Mubarakpuri, Saifur Sahman, ”The Sealed Nectar (Ar-Raheeq al-Makhtum),” revised edition; translated in English from Arabic by Mahir Abu Dhahab, Darussalam Publishers, Riyadh, Saudi Arabia, 2002. [An older edition of this book can be read online at: http://www.witness-pioneer.org/vil/Books/SM_tsn/index.htm ]
Ibn Sa’d, Abu Abd Allah Muhammad, “Kitab al-Tabaqat,” vol ii, translated in English by S. Moinul Haq, Kitab Bhavan; 1784, Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, India, 1972.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “Muhammad at Mecca,” vol. vi, translated and annotated by W. Montgomery Watt and M.V. McDonald, State University of New York Press, Albany, 1988.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Foundation of the Community, Muhammad at al-Medina,” vol. vii, translated and annotated by M.V. McDonald and W. Montgomery Watt, State University of New York Press, Albany, 1987.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Victory of Islam,” vol. viii, translated by Michael Fishbein, State University of New York Press, Albany, 1997.
al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad b. Jarir, “The Last Years of the Prophet,” vol. ix, translated by Ismail K. Poonwala, , State University of New York Press, Albany, 1990.
Rodinson, Maxine, “Muhammad,” translated from French by Anne Carter; first published in 1971; The New York Press publication, 2002,
Muir, William, “Life of Mahomet” in four volumes, Smith, Elater & Co. London, 1861: [http://www.answering-islam.org/Books/Muir/index.htm ]
Haykal, Muhammad Hussain, “The Life of Muhammad,” translated by Isma’il Razi A. al-Faruqi: [http://www.witness-pioneer.org/vil/Books/MH_LM/default.htm ]
Dashti, Ali, “23 Years: A Study in the Prophetic Career of Mohammad,” translated from Persian by F.R.C. Bagley, Mazda Publishers, Costa Masa, California, 1994.
Hamidullah, Muhammad, “The Battlefields of The Prophet Muhammad,” 3rd. ed., Kitab Bhavan; 1784, Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, India, 4th., reprint, 1992.
Hughes, Patrick Thomas, “A Dictionary of Islam;” first published in 1886; latest reprint by Kazi Publications Inc,, Chicago, 1994.
Ibn al-Kalbi, Hisham, “The Book of Idols (Kitab Al-Asnam),” translated in English by Nabih Amin Faris, Princeton University Press, 1952. [http://www.answering-islam.org/Books/Al-Kalbi/index.htm ]
al-Misri, Ahmed ibn Naqib, “Raliance of the Traveller (‘Umdat al-Salik),” revised edition, translated by Nuh Ha Mim Keller, Amana Publications, Bettsville, Maryland, 1999.
Hamilton, Charles, “Hedaya,” translated in English in 1870 from the Persian version; reprinted by Kitab Bhavan, 1784 Kalan Mahal, Daraya Ganj, New Delhi, 1994.
Doi, Abdur Rahman I.,” Shari’ah: The Islamic Law;” first published in London, in1984; Malaysia reprint by A.S. Noordin, G.P.O. Box No. 10066, 50704, Kuala Lumpur, 1998.
Fouda, Yosri and Nick Fielding, “Masterminds of Teror,” Penguin Books, Australia, 2003.
KATA PEMBUKA
Dunia dengan cepat terbiasa dengan istilah ‘Teror Islam.’ Ini adalah jenis baru terorisme di seluruh dunia. Karena para Jihadis,
bom bunuh diri, Hamas, Hezbollah, Al-Qaeda, Lashkar-e-Taiba, Jaishe
Muhammad, Islamists, Mullahs, Maulanas, Pirs, Hijabi Women Islam, Jamaah
Islamiah, saat ini mendominasi setiap media berita di
mana pun di dunia. Cepat atau lambat, kata ‘Teror Islam’ akan termasuk
dalam perbendaharaan bahasa kita. Dengan adanya kesadaran akan Islam ini
, pertanyaan yang muncul adalah: Apakah teror gaya Islam adalah sesuatu
yang baru atau apakah ini adalah hasil perjuangan Jihadis awal seperti
yang diajarkan dan dipraktekkan oleh Muhammad? Tanyakan hal ini pada para pembela Islam dimanapun dan jawabnya pasti adalah: ISLAM ADALAH AGAMA DAMAI, tidak pernah menganjurkan kekerasan, ‘terorisme’-lah yang menyalah gunakan nama Islam; Osama
bin Laden dan para Jihadisnya telah membajak Islam dan mereka bukanlah
Muslim sejati, para pembom bunuh diri tidak mewakili ajaran Islam yang
sebenarnya .. dan seterusnya dan seterusnya.
Di
artikel yang rinci ini, dengan menampakan sifat ‘asli’ Islam yang
sebenarnya, kami bermaksud meluruskan konsep pemikiran para Islamis di
atas. Karena Islam berakar kuat pada masa lampau, maka untuk mencari
akar terjadinya ‘kekacauan’ yang banyak dilakukan para pejuang Islam
saat ini, kita harus memeriksa kejadian2, perbuatan2, perilaku
berdasarkan filosofi dan agama di masa lampau pula oleh para Jihadis
awal di bawah pimpinan Muhammad, sang Rasul Allah. Saat kita terus
menelaah, kita harus tahu bahwa tidak ada yang disebut sebagai ‘ISLAM MODERAT,’ ‘ISLAM MASA KINI’ atau ‘ISLAM MASA DEPAN.’ Kejadian2
1.400 tahun yang lalulah yang menggerakan semua Muslim waktu lampau,
membayangi dan mendorong semua Muslim masa kini dan hal ini akan terus
berlangsung di masa depan. Kita harus melihat ke belakang, dan bukannya
ke depan, untuk mencari kebenaran tentang Islam. Sama seperti pohon yang
hidup dan terus tumbuh karena akarnya dengan kuat tertanam di bawah
tanah – dan akar ini tak tampak dari permukaan, begitu pula dengan
Islam. Terorisme berakar kuat dalam doktrin yang sangat megah di dunia
Islam yang dibayangkan Muhammad. Penggunaan taktik teror ini bukanlah
hal yang baru dalam Islam, dan ini adalah sumber hidup yang digunakan
Muhammad untuk memaksakan konsepnya akan terwujudnya satu dunia di bawah
Islam yang hanya menyembah satu Tuhan, yakni Allah. Di laporan panjang
ini, kami telah mencatat serentetan kejadian teror, pembunuhan,
penipuan, kebohongan, dan perang yang digunakan untuk memelihara,
memajukan dan mengembangkan intisari Islam: masuk Islam, bayar upeti
(Jizya) atau mati. Banyak pembaca yang akan kaget dan tidak percaya.
Kebanyakan Muslim akan merasa terganggu, marah, frustasi dan tentu akan
menyangkal sekuat tenaga. Bagi semua pembaca kami ingin katakan bahwa
kami pun mengalami semua tahapan perasaan ini. Waktu aku benar2 menelaah
Islam dengan serius di tahun2 pertumbuhanku, aku mulai benar2 mengerti
doktrinnya dan kekuatan hidupnya. Sungguh sukar kupercaya orang yang
mengaku sebagai utusan Allah dapat menuruti hawa nafsunya sendiri, dan
juga memerintahkan pengikutnya untuk melakukan pembunuhan membabibuta,
menjarah, merampok, menyiksa dan memperkosa. Pada saat Anda membaca
episod demi episod terorisme Islam awal, Anda akan menemukan persamaan
dengan terorisme global jaman modern yang dilakukan para Jihadis saat
ini. Anda pasti akan menemukan semua unsur operasi teroris jaman
sekarang yang sama seperti seribu tahun lalu. Unsur2 ini adalah:
Penyiksaan dan pembunuhan orang2 yang tak mau menganut (Islam)
Penjarahan dan pembersihan ras
Pembunuhan karena alasan politis dan pembunuhan karena balas dendam
Pembunuhan serampangan dan pembantaian rasial
Perampasan harta benda dan pemerkosaan
Pemaksaan untuk memeluk agama Islam atau bayar Jizya
Penindasan aliran lain (penghancuran mesjid2)
Mari kita sekarang menyelidiki sejarah Islam untuk mengetahui bagaimana dan mengapa para Jihadis awal berbuat begitu.
Benih
teror ala gaya Islam ditanam ketika Muhammad menandatangani perjanjian
dengan tujuh puluh lima (73 pria dan 2 wanita) Ansar (penduduk kota
Medina) yang disebut sebagai sumpah kedua Aqaba. Aqaba adalah sebuah gua
kecil di perbatasan Mekah. Perjanjian ini dibuat secara rahasia untuk
melindungi nyawa Muhammad saat dia ingin hijrah ke Medina. Dalam proses
tawar2an, Muhammad minta sumpah tulus dari para Ansar untuk melindungi
kaum wanita dan anak2 Muslim. Ketika orang2 Ansar bersumpah setia pada
Muhammad, sampai bersedia untuk mengorbankan nyawa mereka untuk
melindunginya, Muhammad menjanjikan darah orang2 Mekah dan surga bagi
orang2 Ansar. Seperti yang dikisahkan Ibn Ishak, Muhammad berkata pada
orang2 Ansar: “Tidak, darah adalah
darah dan darah yang tak dibayarkan adalah darah yang tidak dibayarkan.
Aku bagian dari kalian dan kalian adalah bagian dariku. Aku akan
berperang melawan mereka yang berperang terhadapmu dan akan berdamai
dengan mereka yang berdamai denganmu.” (Ibn Ishak, pp.204-205)
Tabari
menulis saat melakukan sumpah Aqaba, al-Abbas dan Ubadah bin Nadlah
berkata bahwa sumpah setia pada Muhammad merupakan pernyataan perang
terhadap dunia. Tak lama setelah sumpah kedua Aqaba, Allah merestui
pernyataan perang terhadap orang2 yang tak percaya, pertama di ayat
22:40-42 dan lalu di ayat 2:198. (Tabari, vol. vi, p.134)
Dan
seperti yang dia janjikan, hari2 Muhammad yang penuh darah dan teror
mulai tak lama setelah dia meninggalkan Mekah dengan sejumlah
pengikutnya tiba di Medina. Kecuali beberapa, para pengikut ini adalah
orang2 yang para penjahat dan pengacau yang sangat miskin dan buta huruf
tanpa kemampuan untuk mencari nafkah untuk bisa menghidupi dirinya.
Banyak dari pengikutnya yang hidup dalam keadaan yang sangat kotor
sampai2 kepala mereka berkutu dan badan mereka sangat bau. Ini Hadis
dari Sunan Abu Dawud tentang bau badan aduhai para pengikut awal
Muhammad:
Hadis dari Sunan Abu Dawud Buku 32, Nomer 4022:
Dikisahkan oleh AbuMusa al-Ash'ari:
Abu
Burdah berkata: Ayahku berkata padaku: Anakku, jika kau melihat keadaan
kami ketika bersama Rasul Allah dan hujuan lalu turun ke atas kami,
kamu pasti menduga bau badan kami seperti bau domba.
Bahkan Muhammad, sang Rasul Allah juga berkutu di kepalanya! Sungguh sukar dipercaya, bukan? Bacalah di Hadis Sahih Bukhari
Hadis Sahih Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer 47:
Dikisahkan oleh Anas bin Malik:
Rasul
Allah biasa mendatangi Um-Haram bint Milhan yang kemudian menawarkan
makanan baginya. Um-Haram adalah istri Ubada bin As-Samit. Rasul Allah
suatu waktu mengunjunginya dan dia menyediakan makanan baginya dan mulai
mencari kutu di kepalanya. Lalu Rasul Allah tidur, dan lalu bangun
sambil tersenyum. Um-Haram bertanya, “Apa yang membuatmu tersenyum, O
Rasul Allah?” Dia berkata, “(Dalam mimpi) beberapa pengikutku tampak di
hadapanku sebagai pejuang2 bagi Allah berada di atas kapal di tengah
laut dan ini membuatku tersenyum, mereka bagaikan raja2 di atas
singgasana.” Um-Haram berkata,”O, Rasul Allah! Mohonlah pada Allah agar
aku termasuk salah satu dari para pejuang itu.” Rasul Allah memohon
Allah baginya dan lalu tidur lagi dan bangun sambil tersenyum. Sekali
lagi Um-Haram bertanya,”Apa yang membuatmu tersenyum, O Rasul Allah?”
Dia menjawab,”Beberapa pengikutku tampak di hadapanku sebagai pejuang2
bagi Allah,’ katanya mengulangi mimpi yang sama. Um-Haram berkata,”O
Rasul Allah! Mohonlah pada Allah agar aku termasuk salah satu dari para
pejuang itu.” Rasul berkata,”Kau adalah diantara mereka yang pertama.”
Lalu suatu saat Um-Haram berlayar di laut di masa Kalifah Mu'awlya bin
Abi Sufyan, dan setelah dia turun dari kapal, dia terjatuh dari binatang
tunggangannya dan lalu mati.
Dua
hal penting dalam hidup Muhammad tampak jelas di Hadis di atas.
Pertama, dia tidak hidup bersih, jarang mandi sehingga kutu2 bersarang
di kepalanya. Kedua, dia akrab dengan istri orang. Bagaimana mungkin
seorang wanita bisa menyentuh kepala seorang pria untuk mencari kutunya
jika wanita itu tidak akrab dan hangat dengannya? Dalam hukum Islam
melirik wanita asing saja sudah dianggap haram, apalagi disentuh wanita
itu. Aku persilakan pembaca untuk merenungkan perilaku moral Muhammad
terhadap istri orang dalam Hadis ini dan membandingkannya dengan hukum
moral Islam yang dia tentukan sendiri.
Sekarang
kembali pada para pengikut Muhammad. Yah, memang hampir semua pengikut2
Muhammad berbau domba! Muhammad membawa mereka ke Medinah untuk
mencarikan pekerjaan bagi mereka, tapi tidak ada yang mau memperkerjakan
orang2 yang bau, miskin, dan tak berpendidikan ini. Bahkan pekerjaan
sehari-hari pun hampir tidak ada bagi mereka. Beberapa dari mereka
bekerja sebagai kuli untuk jangka waktu singkat dan setelah itu tidak
punya kerjaan lagi. Mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berhutang
kepada orang2 Medinah. Parahnya kemiskinan mereka saat itu dikisahkan
oleh Aisha, istri tersayang Muhammad di:
Hadith Bukhari, Volume 2, Book 24, Number 499:
Dikisahkan oleh Aisha:
Seorang
wanita bersama kedua anak perempuannya datang padaku minta sedekah,
tapi aku tidak punya apapun kecuali sebuah kurma yang lalu kuberikan
padanya. Dia membagi kurma itu untuk kedua anaknya, sedangkan dia tidak
makan apapun, dan lalu dia bangkit dan pergi. Lalu sang Nabi datang dan
aku beritahu dia tentang kisah ini. Dia berkata,”Siapapun yang kelak
dihakimi atau kedua anak perempuan itu dan dia bermurah hati pada
mereka, maka kedua anak ini akan jadi perisai baginya terhadap Api
Neraka.” (Lihat Hadith No. 24, Vol. 8 ).
Kejutan
besar yang nantinya terjadi adalah, para Muslim yang kotor dan miskin
ini nantinya menjadi sangat kaya raya. Ini hadisnya yang menerangkan
perubahan nasib dari miskin ke kaya raya:
Sahih Bukhari, Volume 2, Buku 24, Nomer 497:
Dikisahkan oleh Abu Masud Al-Ansar:
Apabila
Rasul Allah memerintahkan kami untuk berderma, kami biasa pergi ke
pasar dan bekerja sebagai buruh untuk bisa beli satu Mudd (takaran
gandum) dan lalu mendermakannya. (Saat itu adalah saat penuh kemiskinan)
dan sekarang beberapa dari kami punya seratus ribu.
Bagaimana
Muhammad dapat menciptakan mujizat seperti itu? Apakah perubahan dari
kemiskinan yang sangat ke kekayaan yang melimpah dicapai melalui
kealiman, sembahyang, puasa dan anugrah dari Allah? Atau ini dicapai
melalui ‘terorisme’? Untuk tahu jawabnya, silakan baca terus.
Saat
tidak punya kerjaan atau hanya punya kerjaan kasar saja, kehidupan para
pengikut Muhammad menjadi semakin tidak menyenangkan di Medina.
Muhammad harus berbuat sesuatu agar mereka dapat bertahan hidup, dan dia
harus melakukannya dengan cepat sebelum mereka semua jadi tidak percaya
dengan janjinya untuk dapat harta kekayaan milik Khusroo (Kaisar
Persia) dan Raja Bizantium. Rodinson (p.162) menulis bahwa orang2
Muslim awal ini tidak punya mata pencarian tetapi kala semua cara untuk
hidup layak sudah gagal semua, pilihan terakhir adalah merampok.
Mata
pencaharian utama orang Muslim di Medina adalah dari perampokan dan
pemaksaan pungutan pajak Jizya bagi non-Muslim. Ini bisa dilihat di
Hadis berikut:
Hadith in Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 388:
Dikisahkan oleh Juwairiya bin Qudama At-Tamimi:
Kami
berkata pada,”'Umar bin Al-Khattab, O ketua kaum yang beriman!
Nasihatilah kami.” Dia berkata,”Aku menasihatimu untuk memenuhi Hukum
Allah (yang dibuat dengan kaum Dhimmi) karena itulah hukum Nabimu dan
sumber mata pencaharianmu (yakni pajak dari kaum Dhimmi).
[catatan:
Hadis ini dihilangkan dari terjemahan kumpulan Hadis Sahih Bukhari oleh
Dr. Muhammad Muhsin Khan. Akan tetapi Hadis ini masih ada di versi
Internet terjemahan Sahih Bukhari]
Jadi
bagaimana Muhammad mendapatkan mata pencaharian di Medina? Pekerjaan
apa sih yang dilakukannya? Bidang apa yang dikerjakannya? Bisnis apa
yang dia lakukan? Pertanyaan2 ini tetap tidak terjawab. Semua kumpulan
Hadis, Sunna, Sirah (biografi Nabi) tidak memberikan keterangan apapun
tentang pekerjaan/profesi Muhammad yang terhormat untuk menafkahi
dirinya dan istri2 dan gundik2nya yang terus semakin bertambah.
Keterangan tentang pekerjaan Muhammad ada di sini:
Hadis Sahih Bukhari, Vol. IV, bab 88:
Dikisahkan
oleh Ibn ‘Umar bahwa sang Nabi berkata,”Mata pencaharianku ada di bawah
bayangan tombakku, (1) dan dia yang tidak menaati perintahku akan
dihinakan dengan membayar Jizya.”Catatan: (1) “Di bawah bayangan
tombakku” berarti “dari jarahan perang”.
Yah,
memang begitulah. Muhammad, sang Rasul Allah, menafkahi dirinya dengan
cara merampok, dan Hadis di atas dengan jelas menyatakannya. Juga patut
diperhatikan bahwa Hadis ini telah dihilangkan dalam versi Internet
Sahih Bukhari. Hadis yang sukar dipercaya ini hanya dapat ditemukan di
terjemahan cetak asli “The
Translation of Sahi Bukhari” oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan. [Ref: The
Translation of the Meanings of Sahih Al-Bukhari, Arabic-English, Vol.IV
(page 104) by Dr. Muhammad Muhsin Khan, Islamic University—Al-Medina
Al-Munauwara]. Silakan periksa sendiri referensi itu kalau kau
tak percaya. Menarik untuk diperhatikan catatan kaki oleh penerjemah
yang menerangkan bahwa ‘tombak’ adalah ‘barang jarahan’, sungguh pintar.
Kalau
kau pikir ini sukar dipercaya – bahwa seorang utusan Allah, ciptaan
Allah yang terbaik ternyata memakai pedangnya (baca: terorisme) untuk
cari nafkah – maka teruslah baca karena banyak hal lain yang bahkan
lebih mengejutkan. Di Hadis Sahih Muslim ditulis jelas tanpa ragu bahwa
Muhammad dan pengikutnya memang menggunakan pedang untuk melakukan
terorisme (komentar dalam kurung adalah dari penerjemah Hadis ini):
Hadis Sahih Muslim, Book 004, Number 1066:
Abu
Huraira melaporkan: Rasul Allah berkata aku telah dibantu teror (dalam
hati musuhnya); aku telah menerima firman2 yang pendek tapi jelas
artinya, dan ketika aku tidur aku diberikan kunci2 harta benda dunia
yang diletakkan di tanganku.
Jika
Hadis2 yang sangat jelas itu belum juga terasa cukup meyakinkan untuk
membuktikan Muhammad menggunakan terorisme untuk memperkaya para
pengikutnya, ini ada satu lagi:
Hadith from Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 220:
Dikisahkan
oleh Abu Huraira: Rasul Allah berkata,”Aku telah diberi perintah2 yang
sangat pendek dengan arti yang sangat luas, dan aku telah dibuat menang
melalui teror (yang ditaruh di hati musuh), dan ketika aku tidur, kunci2
harta benda dunia diberikan padaku dan diletakkan ke dalam tanganku.”
Abu Huraira menambahkan: Rasul Allah telah meninggalkan dunia dan
sekarang kau, orang2, membawa ke luar harta benda itu (yang tidak
dinikmati oleh Nabi).
Untuk
mewujudkan perkataannya, Muhammad bahkan mengumumkan bahwa barang
jarahan atau hasil rampokan adalah halal baginya, dan ini ditegaskan di
sini:
Hadis Sahih Bukhari Volume 4, Book 53, Number 351:
Dikisahkan oleh Jabir bin Abdullah:
Rasul Allah berkata,”Barang jarahan adalah halal bagiku.”
Hadis
berikut menerangkan bahwa Muhammad mendirikan mesjid2 dengan biaya dari
hasil rampokan, jarahan dan pungutan pajak paksa Jizya terhadap
non-Muslim. Bacalah Hadis ini dengan teliti dan kau akan mengerti
mengapa banyak orang tertarik untuk bergabung dengan Muhammad dan
Islamnya. Ya, alasannya hanyalah keserakahan dan nafsu akan uang dan
kekayaan semata-mata. Muhammad melanggar semua hukum dan aturan
masyarakat mapan yang beradab hanya untuk memuaskan keserakahan
pengikut2nya. Ini hadisnya:
Hadith Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 390:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Rasul
Allah suatu saat berkata padaku,”Jika uang masukan dari Bahrain tiba,
aku akan beri kamu segini banyak dan segitu banyak.” Ketika Rasul Allah
telah mati, uang dari Bahrain tiba, dan Abu Bakr mengumumkan,”Bagi yang
telah dijanjikan oleh Rasul Allah, silakan datang padaku.” Lalu aku
menghadap Abu Bakr dan berkata,”Rasul Allah berkata padaku,”Jika uang
masukan dari Bahrain tiba, aku akan beri kamu segini banyak dan segitu
banyak.” Setelah mendengar itu Abu Bakr berkata padaku, “Ciduklah (uang)
dengan kedua tanganmu.” Aku ciduk uang dengan kedua tanganku dan Abu
Bakr memintaku menghitungnya. Aku menghitung dan jumlahnya adalah lima
ratus (keping emas). Jumlah seluruhnya yang dia berikan padaku adalah
seribu lima ratus (keping emas).
Dikisahkan
oleh Anas: Uang dari Bahrain dibawa kepada Nabi. Dia berkata,”Sebarkan
uang itu di Mesjid.” Inilah jumlah uang terbesar yang pernah diserahkan
kepada Rasul Allah. Saat itu Al-‘Abbas datang padanya dan berkata,”O
Rasul Allah! Berilah aku uang karena aku memberikan uang tebusan diriku
dan Aqil.” Sang Nabi berkata padanya,”Ambillah.” Dia menciduk uang
dengan kedua tangannya dan menuangkannya di atas bajunya dan mencoba
mengangkatnya tapi tidak bisa dan dia minta pada sang Nabi,”Maukah kau
meminta seseorang untuk menolongku mengangkat ini?” Nabi
berkata,”Tidak.” Lalu Al-‘Abbas berkata,”Kalau begitu, maukah kau
membantuku mengangkatnya?” Nabi berkata,”Tidak.” Lalu Al-‘Abbas membuang
sebagian uang, tapi tetap saja dia tidak kuat mengangkutnya, dan dia
sekali lagi meminta pada Nabi,” Maukah kau meminta seseorang untuk
menolongku mengangkat ini?” Nabi berkata,”Tidak.” Lalu, Al-‘abbas
membuang sebagian lagi uang dan memikulnya di pundaknya dan lalu pergi.
Sang Nabi terus melihatnya terpesona akan keserakahannya sampai dia
menghilang dari penglihatan. Rasul Allah tidak beranjak dari tempat itu
sampai tidak ada satu Dirham pun tersisa dari uang itu.
Sekarang
mari kita lihat bagaimana Jihadis Muslim awal memilih korban teror
mereka. Setelah mencari2 mangsa, Muhammad mengetahui bahwa dia hanya
punya dua pilihan: merampok orang2 Medina atau merampok kafilah2 orang
Mekah yang kaya raya di jalur dagang Mekah – Medina. Ia tentu saja tidak
bisa merampok sekutunya sendiri orang Medina (orang Ansar) karena ini
sama dengan bunuh diri. Pilihan lain yang tersisa adalah merampok orang2
Yahudi dan musuh bebuyutannya orang2 Mekah Quraysh yang pada umumnya
menolak ajaran agamanya. Dia belum bisa mengganggu orang2 Yahudi terlalu
awal karena dia telah membuat perjanjian damai dengan mereka. Dia tidak
punya alasan sah untuk menyerang dan merampas tanah dan harta benda
mereka. Perlu diingat bahwa di kegiatan2 perampokan awal, Muhammad tidak
mau orang2 Ansar terlibat di dalamnya. Ini karena dia tidak mau
mengecewakan orang2 Medina dengan menampakkan wajah belangnya yang asli.
Dia juga takut jika usaha perampokannya gagal, maka kaum Ansar tidak
lagi kagum dan hormat padanya. Karena itu, pada mulanya, dia tidak
mengundang kaum Ansar untuk ikut bagian dalam kegiatan terornya. Dia
perlu menunjukkan pada tuan tanah tempat tinggalnya yaitu orang Medinah,
bahwa terorisme memang adalah usaha yang menguntungkan!
Karena
tidak mungkin untuk menjarah orang2 Yahudi, maka pilihan satu2nya yang
tersisa adalah menyerang dan menjarah kafilah2 Quraysh. Meskipun
demikian, saat itu dia hanya punya segelintir prajurit. Dia tidak akan
mampu melancarkan serangan telak terhadap tentara Quraysh yang perkasa,
dan memang perkiraannya tepat. Sebenarnya karena alasan takut akan
tentara Quraysh itulah dia meninggalkan Mekah.
Dia
lalu dapat gagasan cemerlang. Rencananya adalah untuk menyergap
pedagang2 Quraysh pada saat mereka sedang lengah, yakni pada saat mereka
sedang sendirian, tidak banyak tentara, atau jauh dari tempat aman di
Mekah. Ini berarti menyerang kafilah2 pedagang Quraysh, meneror dan
merampok mereka di perjalanan dagang dengan Syria atau saat mau balik ke
Mekah. Tapi Muhammad juga penuh perhitungan dan tidak terburu-buru. Dia
sabar menunggu kesempatan baik untuk menyerang kafilah2 Quraysh yang
sedang lengah. Rencana ini memang sangat cerdik dan licik. Tidak dapat
disangkal bahwa dengan penjarahan ini Muhammad dapat mengompori
pengikutnya, para Jihadis, untuk membalas dendam pada “penyiksa” mereka
dan di waktu yang sama mereka juga dapat banyak harta jarahan yang
sebelumnya tidak dapat disediakan Muhammad pada para Muhajirs (pengikut
Nabi yang setia yang pindah dari Mekah ke Medina) yang miskin dan
kelaparan ini.
Dengan
pemikiran ini, Muhammad mulai bergerak. Dia mengirim beberapa mata2
untuk mencari tahu kegiatan2 kafilah Mekah. Akan tetapi, kafilah2
Quraysh selalu dilindungi dan dijaga baik2 oleh para tentara penjaga
keamanan untuk mencegah dirampok di jalan. Meskipun begitu, Muhammad
tetap mencoba keberuntungannya karena kafilah2 Mekah itu penuh dengan
harta benda yang sangat berharga. Biografer (penulis kisah hidup) Nabi
apologis (= berusaha menutupi kejelekan Islam) seperti Hussein Haykal,
(Haykal, Ch. The First Raids and Skirmishes) tentu mencoba mencari
pembenaran dengan mengatakan bahwa para Muhajir dari Mekah rindu pulang
kampung dan sedang cari kesempatan untuk balas dendam. Memang merasa
rindu kampung halaman sih wajar saja, tapi alasan yang sangat jelas
untuk merampok kafilah Quraysh adalah karena ingin menjarah dan merampas
harta benda. Sederhana saja dan sudah jelas. Alasan Haykal ini pupus
karena setelah Muhammad menaklukkan Mekah, tidak ada satu pun Muhajir
yang katanya tadi ‘rindu kampung halaman’ yang mau balik pulang ke
Mekah.
Mari
kita bahas secara singkat penyergapan atau serangan teror atas kafilah
Quraysh. Ada pertentangan mana perampokan atas kafilah Quraysh yang
pertama dilakukan Muhammad. Ibn Ishak menulis bahwa Muhammad sendiri
melaksanakan serangan pertama, dan ini adalah terhadap kafilah di
Waddan. Buku Ibn Ishak tidak cukup memberi keterangan kapan hal ini
terjadi. Waqidi menulis bahwa serangan pertama dipimipin oleh Hamzah.
Biografer2 lain setuju dengan versi Waqidi tentang tanggal2 penyerangan2
Muhammad. Kami juga akan menggunakan keterangan Waqidi tersebut.
Catatan: Tanggal2 adalah perkiraan saja.
Teror Satu
Serangan atas Kafilah Quraysh di al-Is, atau Ekspedisi Sif al-Bahr oleh Hamzah ibn al-Muttalib--March, 623CE
Ekspedisi
/ Perampokan pertama terhadap kafilah Quraysh terjadi sekitar tujuh
atau sembilan bulan setelah Hijrah. Ekspedisi ini dipimpin oleh Hamzah
bin Abdul Muttalib (paman Muhammad), dengan 30 atau 40 orang emigran
(yang pindah dari Mekah ke Medina). Tujuan ekspedisi, seperti yang telah
diterangkan sebelumnya, adalah untuk merampok kafilah Quraysh.
Gerombolan perampok yang dipimpin Hamzah ini berkumpul di tepi pantai
deka al-Is, diantara Mekah dan Medina, di mana pemimpin kafilah Abu Jahl
ibn Hashim berkemah bersama 300 orang Mekah. Hamza dengan beberapa
orang bertemu Abu Jahl di sana untuk menyerang kafilah, tapi Majdi b.
Amr al-Juhani, seorang Quraysh yang tidak ada permusuhan dengan kedua
pihak melerai keduanya sehingga mereka semua berpisah tanpa pertempuran.
Petualangan
Muhammad pertama dalam perang dan perampokan ternyata gagal. Hamzah
kembali ke Medina dan Abu Jahl melanjutkan perjalanan ke Mekah. Usaha
perampokan gagal karena para Muslim takut menghadapi konvoi Quraysh yang
kuat, dan mereka kembali ke Medina dengan tangan kosong.
Teror Dua
Serangan atas Kafilah Mekkah di Buwat oleh Ubaydah b. al-Harith---April, 623CE
Serangan ini terjadi sembilan bulan setelah hijrah, beberapa minggu setelah serangan pertama di al-Is gagal.
Kira2
sebulan setelah kegagalan Hamzah untuk merampok, Muhammad mengirim 60
Jihadis dipimpin oleh Ubaydah b. al-Harith (saudara sepupunya) untuk
melakukan operasi teror terhadap kafilah Quraysh yang kembali dari Syria
dan dikawal oleh 200 pasukan keamanan bersenjata. Ketua kafilah adalah
Abu Sufyan ibn Harb atau Ikrima b. Abu Jahl. Gerombolan Muslim pergi
sampai jauh ke Thanyatul-Murra, tempat mata air di Hejaz. Tidak ada
pertempuran yang terjadi karena orang2 Quraysh ternyata berada terlalu
jauh dari para Muslim. Meskipun demikian, Sa’d bin Waqqas, seorang
Jihadis sejati, menembakkan sebuah panah ke orang2 Quraysh. Ini adalah
panah pertama Islam. Panah2 yang kemudian ditembakkan mengejutkan orang2
Quraysh. Ini merupakan serangan mendadak dan memperingatkan mereka akan
bahaya yang timbul kemudian. Akan tetapi, tidak ada pertempuran yang
terjadi dan orang2 Muslim kembali dengan tangan kosong. Beberapa orang
berpendapat bahwa Ubaydah adalah Jihadis yang pertama yang membawa
bendera Islam, tapi orang lain berkata bahwa Hamzah lah yang pertama.
Beberapa berpendapat Muhammad memerintah Ubaydah untuk melakukan
penyerangan ketika Muhammad sedang kembali dari perampokan al-Abwa
(lihat Teror Empat).
Teror Tiga
Serangan atas Kafilah Mekah di Kharar, oleh Sa’d ibn Waqqas -- April, 623CE
Usaha
berani Sa’d ibn Waqqas yang menembakkan panah2 pada orang2 Quraysh
(lihat Teror Dua) tentunya telah membuat Muhammad kagum. Saat itu Sa’d
berusia 20 – 25 tahun. Meskipun begitu, usia mudanya tidak jadi
penghalang bagi Muhammad untuk menunjuknya sebagai ketua gerombolan
perampok yang berjumlah 20 orang (sumber lain mengatakan 8 orang saja)
terhadap kafilah Mekkah. Semuanya adalah kaum Muhajir. Jadi satu bulan
kemudian, operasi teroris ketiga dilaksanakan di bawah pimpinan Sa’d
yang masih muda. Sa’d dan gerombolannya menyusun siasat untuk menyergap
di lembah Kharrar di jalan menuju Mekkah dan menunggu untuk menyerang
kafilah Mekkah yang kembali dari Syria.
Mereka
mau menyergap diam2. Meskipun begitu, dengan kecewa berat mereka
akhirnya menyadari bahwa kafilah Mekkah telah berhasil mengelabui mereka
dan telah berlalu dari tempat itu sehari sebelumnya. Orang2 Muslim
kebali ke Medina dengan tangan hampa.
Teror Empat
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah dan terhadap Bani Damrah di al-Abwa/ Waddan oleh Muhammad—August, 623CE
Muhammad
menjadi sangat frustasi dengan kegagalan2 tiga usaha penyerangan untuk
merampok kafilah2 pedagang Quaish. Waktunya semakin mendesak, dan dia
merasakan tekanan untuk mengahasilkan harta benda bagi para pengikutnya.
Dengan beban tekanan ini dalam pikirannya, dia sendiri lalu memimpin
para pengikutnya untuk merampok. Usaha ini dikenal sebagai serangan di
al-Abwa, yang juga dikenal sebagai Ghazwah dari Waddan. Telah dikatakan
sebelumnya, dia sendiri kali ini yang memimpin penyerangan yang
diarahkan ke Abwa, daerah tempat ibunya dikuburkan. Ia kaget sekali
sewaktu tiba di tempat itu dan mendapatkan kafilah Quraish ternyata
telah berlalu. Karena kecewa, dia lalu menyerang Bani Damra berada dekat
di situ dan memaksa mereka untuk membuat perjanjian tidak menyerang
(oleh B. Damra). Perjanjian inilah yang pertama ditulis oleh Muhammad
dengan suku asing. Perjanjian ini memberi keutungan baginya karena
mencegah B. Damra menyerangnya atau membantu musuh Muhammad yakni orang2
Quraish. Sebagai gantinya, Muhammad tidak akan memerangi suku B. Damra.
Lalu Muhammad pergi sampai ke Waddan untuk mengejar kafilah Quraish,
tapi mereka berhasil menghindarinya. Meskipun dia gagal menjarah harta
orang2 Quraish, tapi di cukup pintar untuk membuat perjanjian dengan
suku B. Damra yang merupakan suku nomad. Perjanjian ini memberinya
sekutu untuk menyerang kafilah2 Quraish. Setelah itu, dia balik ke
Medina.
Sariyah
atau brigade berarti kekuaan militer kecil yang dikomando oleh seorang
dari letnan2 di bawah Imam. Ada referensi di Sahih Bukhari tetang usaha
terorisme pertama yang dilakukan oleh Muhammad secara pribadi:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 256:
Dikisahkan oleh As-Sab bin Jaththama:
Sang
Nabi melaluiku di tempat yang bernama Al-Abwa atau Waddan, dan ditanyai
apakah boleh menyerang pasukan pagan pada malam hari dengan kemungkinan
membahayakan kaum wanita dan anak2 mereka. Sang Nabi berkata,”Mereka
(yakni para wanita dan anak2) berasala dari mereka (kaum pagan).” Aku
juga mendengar Sang Nabi berkata,”Pembentukan Hima tidak layak kecuali
bagi Allah dan RasulNya.”
Hadis
ini dengan jelas mengatakan bahwa dalam operasi terornya, Muhammad
bahkan tidak mengasihani para wanita dan anak2 kaum pagan.
Teror Lima
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah yang Banyak Harta di Bawat oleh Muhammad—October, 623 M
Sebulan
setelah dia menyerang al-Abwa, Muhammad sendiri memimpin dua ratus
orang termasuk beberapa penduduk Medina menuju Bawat, tempat dalam jalur
perjalanan kafilah pedagang Quraish. Waktu itu kafilah Quraish
berjumlah 1.500 sampai 2.500 unta, dijaga oleh 100 pengawal, di bawah
pimpinan Umayyah ibn Khalaf, yang juga orang Quraish. Tujuan penyerangan
ini sudah jelas, yakni untuk merampok kafilah Quraish yang memuat
sangat banyak harta ini.
Tidak
ada pertempuran yang terjadi dan penyerangan tidak menghasilkan barang
jarahan apapun. Muhammad lalu pergi ke Dhat al-Saq, di padang pasir
al-Khabar. Dia sembahyang di sana dan sebuah mesjid didirikan di tempat
itu. Ini adalah untuk pertamakalinya orang2 Ansar al-Usharayh mengambil
bagian dalam usaha perampokan. Mereka tertarik untuk ikut merampok
karena kemungkinan bisa kaya dari penjarahan.
Teror Enam
Penyerangan terhadap Kafilah Mekah di al-Ushayrah, di daerah Yanbo oleh Muhammad—November, 623M
Ini
adalah usaha perampokan ketiga yang dipimpin Muhammad sendiri. Sekitar
150 sampai 200 orang (perhatikan jumlah Jihadis yang bertambah dalam
usaha perampokan) ikut dalam operasi teror ini. Mereka punya 30 unta
yang mereka kendarai secara bergiliran. Ketika mereka tiba di
al-Usharayh di daerah Yanbo, mereka berharap bisa menyergap kafilah
Mekah yang kaya raya yang menuju ke Syria dipimpin oleh Abu Sufyan.
Muhammad sudah mendengar dari mata2nya bahwa kafilah ini berangkat dari
Mekah. Dia menunggu selama lebih dari sebulan untuk menyergap kafilah
ini. Sayangnya, dia terlambat karena sewaktu Muhammad tiba, kafilah
Mekah sudah lewat. Para pembaca harus ingat akan penyerangan ini, sebab
kafilah yang sama inilah yang nantinya dijarah dalam perampokan Badr
yang terkenal itu saat kafilah kembali dari Syria ke Mekah. Dalam
operasi ini, Muhammad bersekutu dengan Bani Mudlij, sebuah suku yang
tinggal di daerah al-Usharayh. Dia juga membuat perjanjian dengan Bani
Damra. Semua perjanjian2 itu membentuk hubungan politik yang baik
baginya.
Teror Tujuh
Penyerangan terhadap Unta2 Perah Muhammad di Badr (Badr I) oleh Kurz ibn Jabir al-Fihri—December, 623M
Setelah
enam usaha penyerangan terhadap kafilah2 Quraish, akhirnya orang
Quraish jadi marah. Sekarang saatnya bagi mereka untuk membalas dan
menyampaikan pesan keras pada Muhammad bahwa usaha perampokan jalanannya
tidak bisa dibiarkan untuk selamanya. Dengan alasan ini, Kurz ibn Jabir
al-Fihri dari suku Quraish menyerang daerah Medina di mana unta2 perah
Muhammad sedang merumput. Ini terjadi 10 hari setelah Muhammad kembali
ke Medina dari usaha perampokannya yang tidak berhasil terhadap kafilah
Quraish di al-Usharayh. Setelah mendengar serangan ini, Muhammad dengan
cepat mencari Kurz sampai dia mencapai lembah Safwa, dekat Badr. Ini
adalah serangan Badr pertama. Kurz berhasil melarikan diri; Muhammad
kembali ke Medina dan diam di sana sampai tiga bulan kemudian. Dikatakan
kemudian bahwa Muhammad akhirnya berhasil menangkap Kurz dan Kurz lalu
memeluk Islam.
Teror Delapan
Penyerangan Kafilah Mekah di Nakhla oleh Abd Allah ibn Jahsh, Perampokan Pertama yang Berhasil —December, 623M
Setelah
dia kembali dari Badr, Muhammad mengirim Abd Allah b. Jahsh di Rajab
dengan delapan orang emigran (yang ikut hijrah) dan tanpa orang2 Ansar
untuk melakukan operasi teror lagi. Abd Allah b. Jahsh adalah saudara
sepupu Muhammad. Orang2 yang ikut dalam operasi ini adalah: 1. Abu
Haudhayfa 2. Abd Allah b Jahsh 3. Ukkash b. Mihsan 4. Utba b. Ghazwan 5.
Sa’d b. Abi Waqqas 6. Amir b.Rabia 7. Waqid b. Abd Allah and 8. Khalid
b. al-Bukayr. Beberapa ahli sejarah berkata mereka berjumlah sekitar 7
sampai 12 orang. Nama2 ini layak untuk diingat karena nama2 ini akan
muncul lagi di banyak operasi2 teror lainnya. Muhammad memberi sebuah
surat kepada Abd Allah b. Jahsh, tapi tidak boleh dibaca sampai dia
telah pergi dua hari kemudian di perjalanan dan dia lalu harus melakukan
apa yang diperintahkan di surat itu tanpa memberi beban pada
kelompoknya. Abd Allah pergi sampai hari kedua dan dia kemudian membaca
surat itu yang memerintahkan agar dia bergerak sampai mencapai Nakhla,
yang terletak diantara Mekah dan Taif. Dia harus bertiarap menunggu
orang2 Quraish dan mengamati apa yang mereka lakukan. Abd Allah b. Jahsh
mengatakan kepada kelompoknya bahwa siapa yang mau memilih martirdom
(baca:terorisme) boleh bergabung dengannya, dan siapa yang tidak mau,
dipersilakan pulang. Semua anggota kelompok setuju untuk ikut dengannya
(beberapa penulis biografi menulis bahwa dua Muslim memilih untuk tidak
jadi martir dan pulang ke Medina). Sa’d b. Abi Waqqas dan Utbah b.
Ghazwan kehilangan seekor unta yang mereka kendarai secara bergiliran.
Unta ini nyasar dan pergi ke Buhran. Maka mereka pun pergi mencari unta
yang melarikan diri itu ke Buhran dan mereka ketinggalan kelompoknya.
Seperti
yang diperintahkan oleh sang Nabi, Abd Allah dan kelompoknya lalu
bergerak maju dan sebentar kemudian tiba di Nakhla. Nakhla adalah sebuah
lembah di bagian timur Mekah, separuh perjalanan ke Taif. Ini adalah
jalur umum ke Syria yang digunakan kafilah2 Mekah. Muhammad dengar dari
pengintainya bahwa kafilah Mekah yang memuat banyak harta dan dikawal
sedikit penjaga, membawa kismis2 kering, anggur, kulit dan berbagai
harta benda sebentar lagi akan lewat melalui jalur ini.
Empat penjaga Quraish mengawal kafilah keledai ini. Mereka adalah:
Amr b. al-Hadrami. Dia adalah pemimpin kafilah.
Uthman b. Abd Allah b. al-Mughirah.
Nawfal b. Abd Allah b. al-Mughirah, saudara laki Uthman.
Al-Hakam b. Kaysan, budak yang dimerdekakan (Mawla) oleh Hisham b. al-Mughirah.
Tak
lama kemudian, kafilah Mekah tiba di Nakhla dijaga oleh empat orang
Quraish. Ketika mereka melihat orang2 Muslim, mereka jadi waspada. Satu
dari orang2 Abd Allah b. Jahsh, yakni Ukkash b Mihsan menggunduli rambut
kepalanya untuk menutupi maksud mereka yang sebenarnya dan untuk
membuat orang Quraish mengira mereka baru saja naik Haji (Umra), karena
memang pada saat itu adalah bulan suci (Rajab) di mana tidak
diperbolehkan melakukan perang. Ketika orang Quraish melihat kepala
botak Ukkash, mereka mengira orang2 Muslim ini baru kembali dari naik
haji dan mereka merasa lega dan mulai menyiapkan makanan bagi mereka
sendiri. Ini adalah cara bagaimana Jihadis Muslim mengelabui korban2nya.
Adalah kebiasaan/tradisi yang kuat bahwa pada bulan suci, yaitu di awal
atau akhir bulan Rajab (pendapat para ahli sejarah berbeda-beda), Rajab
adalah salah satu dari empat bulan suci di mana tidak diperbolehkan
sama sekali untuk mengadakan perang atau pertumpahan darah di Jazirah
Arabia. Abd Allah b. Jahsh juga tahu akan tradisi ini dan dia merasa
ragu untuk menyerang. Meskipun begitu, setelah berkali-kali gagal,
orang2 Muslim ini tidak mau membiarkan kafilah yang banyak harta ini
lewat begitu saja. Karenanya, mereka memutuskan untuk membunuh orang2
Quraish sebanyak mungkin dan mengambil hasil jarahan sebanyak-banyaknya.
Mereka menyerang orang2 Quraish pada saat mereka sedang sibuk
menyiapkan makanan. Dalam pertempuran itu, Waqid b. Abd Allah membunuh
Amr b. Hadrami, ketua kafilah Quraish. Nawfal b.Abd Allah melarikan
diri. Orang2 Muslim menangkap Uthman b. Abd Allah dan al-Hakam b.
Kaysan.
Abd
Allah b. Jahsh kembali ke Medina dengan barang jarahan dan dua tawanan
Quraish. Dia sudah mengambil keputusan untuk memberikan seperlima barang
jarahan kepada Muhammad, dan membagi sisanya diantara mereka. Pembagian
yang umum bagi pemimpin kelompok perampok saat itu adalah seperempat
barang jarahan. Tidak jelas mengapa Abd Allah b. Jahsh memberi seperlima
barang jarahan, karena Allah sendiri sebenarnya belum menentukan
pembagian Khumus (jatah jarahan buat kepala perampok) untuk Muhammad di
QS 8:41. Ayat ini dikeluarkan setelah perang Badr, yang terjadi setelah
perampokan di Nakhla.
.
QS 8:041
Ketahuilah,
sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang,
maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada
Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di
hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
Karena
pertumpahan darah ini terjadi di bulan suci, Muhammad tidak mau untuk
memulai pembunuhan balas dendam yang tak kunjung selesai. Orang2 Quraish
juga menyebarkan berita ke mana2 tentang perampokan dan pembunuhan yang
dilakukan Muhammad di bulan suci. Karena itu, dia menegur orang2 Muslim
yang berperang di bulan suci dan dia tidak mau menerima jatah jarahan
perampokan. Lalu ayat QS 2:217 tentang perang di bulan suci pun muncul.
QS 2:217
Mereka
bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:
"Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk)
Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar
(dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya)
daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai
mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran),
seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari
agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.
Ayat
ini mengijinkan Muhammad untuk melaksanakan perang selama bulan2 suci.
Setelah itu Abd Allah b. Jahsh membagi-bagi barang jarahan, seperlima
bagi Muhammad. Muhammad juga ingin mendapat uang lebih dengan meminta
uang tebusan bagi dua tawanan. Akan tetapi, Muhammad tidak mau menerima
uang tebusan dari orang2 Quraish sebelum dua orangnya, yakni Sa’d b. Abi
Waqqas and Utbah b. Ghazwan kembali dari mencari unta mereka. Dia takut
orang2 Quraish membunuh mereka berdua jika menemukan mereka. Ketika
Sa’d dan Utbah kembali tanpa luka, Muhammad membebaskan dua tawanan
Quraish dengan bayaran 1.600 Dirham (1 Dirham = 1/10 Dinar; 1 Dinar
adalah 4.235 gram emas) per kepala. Dilaporkan kemudian bahwa setelah
dibebaskan, Hakam b. Kaysan jadi Muslim, mungkin karena melihat sendiri
betapa mudah jadi kaya melalui terorisme a la gaya Islam. Nantinya dia
lalu mati di pertempuran Bir Mauna. Tawanan lain, Uthman b. Abd Allah
kembali ke Mekah dan mati sebagai non-Muslim.
Nama Islam yang bagi perampokan yang berhasil ini adalah ‘Serangan Nakhla.’
Ini adalah serangan pertama di mana orang2 Muslim menangkap tawanan,
dan pertama kali mereka mengambil nyawa. Karena sukses ini, Abd Allah
digelari Amir al-Mominun, yakni pemimpin yang beriman. Setelah sukses
merampok di Nakhla, Muhammad merasa kuat secara militer dan menegakkan
aturan yang mengesahkan pembagian jarahan perang. Dia sebenarnya
melegalkan dan mengesahkan perampokan.
Keberhasilan
merampok ini membuat orang2 Mekah jadi sangat waspada, sebab kemakmuran
mereka bergantung sepenuhnya atas perdagangan rutin dan tidak terputus
dengan Syria. Perdagangan dengan Abyssinia dan Yemen kurang penting.
Bahkan kafilah pedagang menuju Abyssinia dan Yemen tidak aman pula dari
serangan tentara Muhammad. Serangan Nakhla itu muga membuat jengkel
orang2 Mekah. Mereka sekarang percaya bahwa Muhammad tidak menghormati
nyawa orang dan sama sekali tidak mengindahkan peraturan damai di bulan2
suci. Karenanya, orang2 Mekah ingin membalas dendam dengan pertumpahan
darah. Akan tetapi, orang Quraish menahan kemarahan mereka. Muhammad
masih punya beberapa pengikut yang tinggal di Mekah, termasuk anak
perempuannya sendiri yakni Zaynab. Orang2 Quraish tidak membalas dendam atas pengikut2 Muhammad dan anaknya di Mekah dan tidak pula berusaha menyakiti Zaynab.
Sebaliknya
dengan Muhammad. Setelah sukses di Nakhla, dia merencanakan untuk
melakukan serangan yang lebih hebat lagi terhadap orang2 Quraish. Allah
sekarang memberinya ijin untuk berperang melawan non-Muslim di ayat2
22:39-42, 2:190-194. Serangan di Nakhla dianggap sah karena orang Mekah
dianggap mengusir keluar orang2 Muslim. Akan tetapi, alasan sebenarnya
adalah “sampai agama yang ada hanyalah agama Allah”. Ini berarti, sampai
semua orang Mekah (atau seluruh dunia) memeluk Islam.
QS 22:39
Telah
diizinkan berperang bagi orang2 yang diperangi karena sesungguhnya
mereka telah dianiaya dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa menolong mereka.
QS 22.40
(yaitu)
orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan
yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah".
Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani,
gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang
di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong
orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kuat lagi Maha Perkasa,
QS 22:41
(yaitu)
orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan.
QS 22.42
Dan
jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sesungguhnya
telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, 'Aad dan Tsamud,
QS 2.190
Dan
perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.
QS 2:191
Dan
bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka
dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih
besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di
Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika
mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah
balasan bagi orang-orang kafir.
QS 2:192
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Q 2:193
Dan
perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari
memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap
orang-orang yang zalim.
QS 2.194
Bulan
haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati,
berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu,
maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.
Bagi
mereka yang ragu2 untuk ikut perampokan akan dimarahi. Wahyu Allah bagi
hal ini datang di ayat Q 47:20-21. Ayat2 ini memberi garansi surga bagi
mereka yang berperang (atau menteror dan merampok) bagi Islam, yakni
Jihad, dan mereka mati terbunuh.
QS 47:20
Dan
orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu
surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan
disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang
ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang
yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka.
QS 47.21
Ta'at
dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka).
Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi
jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu
lebih baik bagi mereka.
Allah
kemudian menyuruh para teroris ini untuk “pancunglah batang leher
mereka yang tak beriman, kalahkan mereka semua, dan ikat mereka erat2”
di ayat Q 47:3-4.
QS 47: 3
Yang
demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang
bathil dan sesungguhnya orang-orang mu'min mengikuti yang haq dari Tuhan
mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia
perbandingan-perbandingan bagi mereka.
QS 47: 4
Apabila
kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah
batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka
semua maka ikatlah mereka kuat2 dan sesudah itu kamu boleh membebaskan
mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila
Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah
hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan
orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan
menyia-nyiakan amal mereka.
Lebih
jauh lagi, para Muslim diharapkan untuk tidak hanya berperang, tapi
juga menyumbang secara material untuk menutupi biaya perang (Q 4:66-67,
9:88, 9:111), untuk membunuh dan dibunuh. Siapa saja yang mau melakukan
hal ini dijanjikan kedudukan tinggi di surga (Q 4:74, 4:95). Para Muslim
diminta untuk mempersiapkan kemampuan apapun yang mereka miliki,
tentara2, kuda2, dll. untuk mewujudkan teror di dalam hati non-Muslim
(ingat kata2 Dr. Mahathir yang terkenal tentang orang Yahudi di
konferensi OIC di akhir 2003?) (Q 9:73, 123, 8:60).
QS 4:66
Dan
sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka : "Bunuhlah dirimu
atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan
melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau
mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal
yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman
mereka),
QS 4:67
dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami,
QS 9:88
Tetapi
Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan
harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh
kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
QS 9:111
Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah;
lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang
benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang
lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar.
QS 4: 74
Karena
itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan
akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan
Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami
berikan kepadanya pahala yang besar.
QS 4:95
Tidaklah
sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak
mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan
harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad
dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat.
Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga)
dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk
dengan pahala yang besar,
QS 9:73
Hai
Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik
itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah
jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.
QS 9:123
Hai
orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar
kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan
ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.
QS 8:60
Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan
itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain
mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa
saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
Pesan2
ini disebarluaskan dalam waktu dua atau tiga tahun setelah Muhammad
hijrah ke Medina. Pesan2 ini tidak hanya untuk para Muhajir (yang hijrah
dari Mekah ke Medinah) tapi juga bagi semua lelaki di Medina.
(Catatan: Mulai sekarang, untuk menghemat tempat, yang akan kami sebut hanyalah nomer ayat saja)
Teror Sembilan
Perang Badr II Dipimpin oleh Muhammad—March, 624M
Telah
disebutkan sebelumnya (Teror 6) bahwa Muhammad dan gerombolannya
meleset sedikit dalam usaha merampok kafilah Quraish pimpinan Abu
Sufyan. Seperti yang telah ditulis sebelumnya, ketika Muhammad tiba di
al-Ushayra untuk menyerang kafilah ini, dia tertegun waktu tahu bahwa
rombongan kafilah banyak harta ini sudah berlalu dua hari sebelum dia
sampai di sana. Tentu saja, gerombolannya yang haus jarahan perang
merasa kecewa dengan kegagalan ini. Akan tetapi Muhammad sudah
memperkirakan bahwa kafilah yang sama mungkin dapat diserang sewaktu
kembali dari al-Sham (Syria). Yang dibutuhkan sekarang adalah kesabaran
menunggu selama tiga bulan untuk menyerang kafilah itu waktu kembali.
Dengan kemungkinan ini, Muhammad mulai merekrut anggota Jihadis baru
untuk perampokannya yang berikut.
Di
mesjidnya, dia memanggil orang2 Muslim dan mengiming2i mereka untuk
menyerang kafilah Quraish yang memuat banyak harta benda. Dia berkata
pada kelompoknya,”Kafilah Quraish
ini memuat harta kekayaan kita. Pergilah dan seranglah mereka, mungkin
Tuhan akan memberikan mereka sebagai mangsa kita.” Meskipun
begitu, dia tidak pernah sekalipun menyebutkan hal ini kepada penduduk
lokal Medina tentang usaha perampokan untuk dapat barang jarahan. Mereka
selalu mengira dia itu Nabi yang rendah hati, sangat suci, terhormat,
cinta damai, tak suka berperang, penuh kasih sayang dan belas kasihan.
Banyak Muslim yang sangat kaget dengan apa yang dikatakan Muhammad saat
berkumpul di mesjid itu dan mereka tidak percaya ketika dia mengajak
mereka untuk bergabung dengannya dalam usaha merampok. Mereka benar2
kaget. Akan tetapi, angan2 dapat harta jarahan lalu menguasai pikiran
mereka dan akhirnya banyak yang bergabung untuk dapat kesempatan
memperbaiki kondisi ekonomi mereka dengan cara merampas harta orang
lain.
Tentang kekayaan hasil curian ini, Rodinson menulis (Rodinson, hal. 162):
“Ketika
usaha perampokan mulai menghasilkan kekayaan, banyak orang Medina yang
bergabung meskipun pada kenyataannya persetujuan antara pihak mereka dan
Muhammad tidak mengharuskan mereka untuk ikut serta dalam usaha
perampokannya.”
Reaksi
dari ajakan Muhammad berbeda-beda. Banyak orang yang mau ikut
kelompoknya, tapi banyak pula yang harus dipaksa dan ditekan untuk jadi
bandit Muslim. Muhammad mengatur sedemikian rupa sehingga hanya orang2
Muslim saja yang diperbolehkan bergabung dalam kampanye teror ini.
Banyak non-Muslim yang mencoba bergabung, tapi Muhammad bersikeras bahwa
yang bukan Islam tidak akan kebagian barang jarahan. Dengan in pula,
kampanyenya berlangsung dengan sukses diantara orang2 lokal Muslim
Medina (Ansar). Sampai saat ini, tiada orang Ansar yang bergabung dengan
Muhammad dalam usaha perampokan jalanan sebelumnya. Kesuksesan Abdullah
ibn Jahsh di Nakhla telah menambah hasrat untuk dapat barang rampokan
dalam pikiran banyak orang Ansar. Keinginan dan keserakahan untuk
menjarah barang2 berharga milik orang Quraish begitu besar sehingga
banyak orang2 Medina yang mau bergabung menjadi Jihadis. Jumlah semuanya
adalah 313 orang, terdiri dari 77 Muhajirs (yang hijrah) dan 236 orang2
Ansar. Sekarang orang2 Ansar adalah sebagian besar dari gerombolan
perampok Jihadis.
Beberapa
minggu sebelum keberangkatannya ke Badr, dan ketika kafilah Quraish
datang ke daerah Medina, Muhammad mengirim dua pengintai, yakni Talhah
ibn Ubaydullah dan Said ibn Zayd untuk mencari tahu di manakah kafilah
tsb. Kedua orang ini tiba di perkemahan Kashd al-Juhany dan bersembunyi
di sana sampai kafilah berlalu. 40 orang menjaga kafilah Mekah itu[
Mubarakpouri, p.251]. Kedua orang Muslim itu mengintai dan memperkirakan
harta benda bawaan kafilah berharga sekitar 50.000 Dinar (ingat bahwa 1
Dinar berharga 4,235 gram emas. Dalam harga emas saat ini, harta benda
kafilah itu berharga Rp. 40.000.000.000, EMPAT PULUH MILYAR,
belum termasuk harga2 para tawanan, unta2 dan barang2 lain). Sungguh
suatu sasaran perampokan yang menggiurkan. Kedua pengintai itu bergegas
kembali untuk menyampaikan kabar baik ini kepada Muhammad. Tapi Muhammad
sudah meninggalkan Badr sehari sebelum kedua pengintai kembali ke
Medina. Dia sudah tidak sabar lagi untuk cepat2 dapat menjarah, sehingga
dia tidak menunggu kedua pengintai itu kembali. Lalu Talhah ibn
Ubaydullah dan Said ibn Zayd harus tinggal di Medina dan tidak sempat
ikut tentara Muslim pergi. Meskipun demikian, Muhammad tidak
mengecewakan keduanya karena telah menjalankan tugas pengintaian dengan
baik. Keduanya nantinya dapat jatah jarahan ketika Muhammad kembali ke
Medina. Yang juga tinggal di Medina adalah menantu Muhammad yang bernama
Uthman b. Affan. Istri Uthman, yakni Ruqayyah (anak perempuan Muhammad)
sakit pada saat itu dan Uthman mengurusnya. Muhammad memberi jatah
jarahan padanya pula. Betul2 murah hati sang Nabi ini! Sahih Bukhari
menulis janji Muhammad pada menantunya seperti ini:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 53, Nomer 359:
Dikisahkan oleh Ibn 'Umar:
'Uthman
tidak ikut perang Badr karena dia menikah dengan salah satu anak
perempuan Rasul Allah dan dia (Ruqayyah) sedang sakit. Karena itu, sang
Nabi berkata kepadanya: “Kamu akan dapat upah dan bagian (barang
jarahan) sama dengan upah dan bagian orang yang ikut ambil bagian dalam
perang Badr.”
Di
lain pihak, melalui mata2 dan sumber2 yang dapat dipercaya, kabar
tentang persiapan Muhammad untuk menyerang kafilah Quraish sampai di
telinga Abu Sufyan. Dia jadi sangat waspada. Dia tahu tentang
perjanjian2 yang dibuat Muhammad dengan banyak suku di jalur perjalanan
kafilah, jadi ada kemungkinan besar suku2 itu menyerang mereka tiba2
pula. Dia segera mengirim Damdam b. Amr al-Ghifari ke Mekah untuk
meminta bantuan. Ketika Damdam sampai di Mekkah, dia segera mengumumkan
rencana Muhammad untuk menyerang kafilah Abu Sufyan. Mendengar ini, Abu
Jahl memanggil semua orang2 Mekah untuk ikut operasi penyelamatan
kafilah Quraish. Saat itu, suku2 Banu Kinanah dan Banu Bakr sedang
bermusuhan dengan Quraish. Karenya, mereka tidak mempedulikan ajakan Abu
Jahl. Tadinya suku2 ini mau mengambil kesempatan dari kesusahan orang2
Quraish dan menyerang mereka dari belakang, tapi akhirnya ketua suku
Quraish yakni Suraqa b. Malik mengambil keputusan untuk tidak
mengkhianati orang2 Quraish. Penulis biografi Muslim seperti Ibn Ishaq
(p.251) menyebut Suraqa sebagai Iblis.
Setelah
yakin tidak akan ada serangan dari kedua suku ini, Abu Jahl dan Amir
ibn al-Hadrami (saudara laki Amr ibn Hadrami; ingat? Amr dibunuh orang2
Muslim di Nakhla) meyakinkan orang2 Mekah bahwa mereka akan menang
melawan Muhammad. Jadi, setiap orang yang bisa bertempur ikut bergabung,
kecuali Abu Lahab. Dia menggantikan posisinya dengan al-As b. Hisham
(paman Umar b. Khattab) yang berhutang padanya 4.000 Dirham dan tidak
bisa bayar utang kembali. Abu Lahab menyewanya untuk perang atas nama
dirinya supaya utangnya lunas. [Ibn Ishaq, p.291]
Ketika
orang2 Quraish sedang siap2 perang, Muhammad tidak tahu akan persiapan
orang2 Mekah untuk melawan dia secara militer. Dia yakin sekali bahwa
dia akan menang dan akan berhasil merampas harta benda Quraish.
Dengan
banyak harapan dan penuh percaya diri, hari Minggu, tanggal 10 Mare,
624 M (12 Ramadan, AH2), Muhammad beserta 313 orang (jumlahnya berkisar
antara 307 sampai 318) Jihadis, pergi ke luar Medina menuju Badr. Di
barisan depan orang2 Muslim dipegang dua bendera hitam, satu dibawa oleh
Ali ibn Talib dan yang satu lagi dibawa orang Ansar. 70 unta berbaris
bersama mereka dan 300 lebih tentara Muslim bergiliran menaikinya.
Mereka hanya punya dua kuda. Muhammad meminta Abu Lababa berjaga-jaga di
Medina. Untuk menghindari pengamatan musuh, Muhammad tidak langsung
pergi ke Mekah, tapi dia memakai jalur jalan yang tidak lazim yang
dilalui oleh Irqul Zabya, Saffra and Dhafiran. [Hamidul, p.30 ]
Pada
hari Senin, tanggal 11 Maret, Muhammad tiba di Saffra. Dia lalu
mengirim dua pengintai, yakni Basbas b. Amr al-Juhani and Adi b. Abu
Zaghba ke Badr untuk mengetahui posisi kafilah Quraish. Sebenarnya di
sinilah Muhammad berharap untuk bertemu dengan kafilah itu dan melakukan
serangan mendadak. Ketika berada di sana, kedua pengintai mendengar
percakapan dua wanita dekat sumur bahwa kafilah Quraish akan datang
dalam waktu satu atau dua hari. Mereka cepat2 kembali ke Muhammad dan
memberitahu tentang berita ini.
Di
waktu subuh hari Selasa, tanggal 12 Maret, Abu Sufyan datang lebih
dahulu dari kafilah dan berhenti di sumur tempat ambil air dan dia tahu
tentang orang2 Muhammad dari memeriksa kotorang unta milik Basbas dan
Adi yang berisi biji kurma, khas makanan unta dariYathrib (Medina). Abu
Sufyan jadi sangat khawatir dan cepat2 kembali ke rombongan kafilahnya,
balik ke arah jalur pantai sehingga menghindari serangan tentara2
Muhammad. Memang setelah itu Muhammad luput berjumpa dengan kafilah itu
dalam beda waktu beberapa jam saja. Abu Sufyan sendiri terus mengawal
kafilah agar bisa sampai ke Mekah dengan selamat. Dia mengirim utusan
kedua, yakni Qays b. Imea al-Qays [Ibn Sa’d, vol.ii, p.11] untuk
memberitahu pasukan Mekah yang makin mendekat tentang keputusannya
mengambil jalur jalan lain dan menyampaikan pesan bahwa bahaya telah
lewat. Saat itu, Muhammad tiba di Rooha dan minum dari sumur yang ada di
sana.
Pada
hari Rabu, tanggal 13 Maret, utusan kedua Abu Sufyan bertemu dengan
pemimpin tentara Mekah yakni Abu Jahl di Johfa. Abu Jahl siap memberikan
bantuan menjaga kafilah Quraish yang terancam perampokan. Utusan datang
padanya dan mengatakan bahwa Abu Sufyan tidak merasa perlu mengadakan
pertumpahan darah karena kafilah berhasil diselamatkan. Dia minta Abu
Jahl dan orang2nya untuk kembali ke Mekah.
Tapi
Abu Jahl memaksa terus bergerak ke Badr karena ingin melakukan suatu
perdagangan dan juga bersenang-senang makan minum di sana. Gadis2
penyanyi yang ikut dalam rombongan ini dikirim balik ke Mekah. Dua suku
Quraish yakni suku Z. Zohra (suku ibu Muhammad) dan suku B. Adi (suku
Umar) juga mengambil keputusan untuk balik ke Mekah. Sisa tentara Mekan
terus bergerak dan tiba di Badr malam hari Kamis, tanggal 14 Maret.
Mereka berkemah di daerah luar sumur Badr dan di belakang gunung.
Pada
saat itu, Muhammad bergerak mendekat. Di pagi hari Kamis, tanggal 14
Maret, dia tiba di Dhafiran, tak jauh dari Badr. Dia tertegun waktu
mendengar berita tentara Quraish maju untuk melindungi kafilah mereka
yang banyak harta. Dia sangat frustasi dengan kemungkinan adanya
pertumpahan darah dan bukannya perampokan mudah dengan banyak jarahan.
Para Jihadis juga mendengar kabar buruk bahwa kafilah yang kaya raya itu
telah lewat. Kabar datangnya tentara Mekah juga benar2 tak diduga
orang2 Muslim. Muhammad sendiri tidak yakin apakah dia harus maju terus
atau tidak karena barang jarahan ternyata sudah berlalu. Dengan dilema
bahwa melakukan serangan terhadap orang Quraish bisa melanggar
perjanjian perlindungan dengan orang2 Ansar (perjanjian ini berisi
persetujuan bahwa orang2 Ansar akan melindungi Muhammad jika dia
diserang di Medina dan daerah sekitarnya – lihat Bagian 1), Muhammad
lalu mengadakan rapat dengan panglima2 perangnya dan minta pendapat dari
semua orang Muslim, terutama orang2 Ansar. Dia takut orang2 Ansar tidak
akan melindunginya di luar Medina. Abu Bakr dan Umar dipanggil untuk
mengadakan pertemuan umum. Ternyata orang2 Ansar bersumpah untuk
mendukung pasukan Muhammad. Ketua orang2 Ansar, yakni Sa’d b. Muadh
(dari Bani al-Aws) menjanjikan bahwa jika Muhammad memimpin mereka
terjun ke laut sekalipun, mereka akan ikut terjun dan tenggelam. Setelah
itu, semua orang Ansar bersumpah untuk berperang bersama Muhammad.
Dengan rasa sangat puas, Muhammad meminta orang2nya untuk terus maju.
Dia menjanjikan pembantaian para musuh. Untuk menyenangkan hati para
Jihadis yang haus barang jarahan, dia mengatkan bahwa Allah telah
menjanjikan mereka tentara Quraish atau kafilah seperti tercantum di QS
8:7.
Akhirnya
Muhammad dan gerombolannya tiba di Badr di pagi hari Kamis, lebih
dahulu daripada tentara Mekah dan berkemah di situ. Tenda darurat dari
dahan2 pohon palm didirikan baginya. Dia yang duluan minum air sumur di
situ. Sesuai nasihat veteran perang bernama al-Hubab, Muhammad menimbuni
semua sumur di daerah sekitar kecuali satu sumur terdekat baginya. Para
Muslim lalu membuat tempat penampungan dan mengisi penuh dengan air.
Dengan ini, para Muslim mengontrol penuh persediaan air di daerah itu.
Musuh tidak bisa mengambil air tanpa melalui Muhammad. Dan tentara2
Muhammad sudah siap membunuh orang Mekah mana pun yang berani mendekat
ke tempat penampungan air untuk minum.
Segera
setelah tiba pada pagi hari di Badr, Muhammad berusaha mencari tahu
keadaan tentara Mekah. Dia pergi bersama Abu Bakr untuk mengintai.[
Mubarakpouri, p.257] Mereka bertemu dengan seseorang di jalanan dan
berusaha menanyakan keadaan di situ. Orang itu tidak mau menjawab sampai
Muhammad memberitahu siapa dirinya. Keterangan yang didapat ternyata
tidak banyak membantu. Pada petang harinya, dia mengirim Ali dan
beberapa orang lain untuk menelaah keadaan di sekitar sumber mata air.
Di sana mereka melihat dua budak Quraish pembawa air. Ali dan kawan2nya
menculik kedua budak ini dan membawa mereka menghadap Muhammad. Budak2
memberitahu orang2 Muslim bahwa mereka adalah pengangkut air untuk
tentara Quraish. Ini bukan berita baik bagi orang Muslim karena mereka
berharap para budak ini datang dari perkemahan Abu Sufyan. Setelah
disiksa, akhirnya kedua budak memberitahu tempat dan kekuatan tentara
Quraish. Dari informasi ini, juga dengan kenyataan bahwa orang2 Quraish
telah menyembelih 9 unta di hari pertama dan 10 unta di hari kedua,
Muhammad tahu kira2 berapa besar tentara Quraish. Dia memperkirakan
mereka berjumlah 900 sampai 1.000 orang. Dugaan ini tepat, karena jumlah
tentara Quraish sebenarnya adalah 950 orang. Mereka menunggangi 700
unta dan 100 kuda. Ketika Muhammad mengetahui banyak orang terkemuka
Quraish yang ikut dalam kekuatan tentara ini, dia berkata, “Mekah
rupanya telah melemparkan daging dan darah mereka yang paling berharga
bagimu.’
Pada
malam hari, Muhammad dan Abu Bakr kembali ke perkemahan mereka dan
mulai sembahyang minta syukur dari Allah. Sa’d b. Muadh berjaga-jaga di
pintu muka. Orang2 Muslim merasa lelah karena lama dan beratnya
perjalanan yang mereka lakukan beberapa hari ini. Rasa lelah dan kantuk
melanda mereka sehingga akhirnya mereka terlelap. Malam itu turun hujan
tapi lebih lebat di daerah tentara Mekah. Karena air hujan, alas Wadi
jadi empuk tapi tidak becek dan ini memberi keuntungan pada pihak
Muslim. Air hujan ini disinggung dalam Qur’an ayat 8:11 sebagai
pemurnian dari Allah. Malam harinya, sebagaimana yang disebut di QS
8:45, Muhammad membayangkan tentara Quraish lemah.
Kedua
pihak gelisah sampai pagi hari. Menjelang subuh, ketika Muhammad sedang
mengatur orang2nya sesuai tingkatan, beberapa orang Quraish yang merasa
haus mendekati sumur air. Muhammad berdoa pada Allah untuk kematian
mereka.
Orang2
Muslim mengangkat tiga panji2, satu untuk para pengungsi (yang ikut
hijrah), dipegang oleh Musab, satu untuk orang2 Khazarite, dipegang oleh
al-Hobab dan satu lagi untuk Bani Aw, dipegang oleh Sad ibn Muadh.
Para
Quraish juga membuat batas mereka dan mulai bergerak maju. Akan tetapi,
mereka berbeda pendapat tentang aturan berperang melawan orang2 dari
kalangan mereka sendiri. Shayba dan Utba, dua ketua kelompok Quraish
mendesak keras agar tidak menyerang. Perlu diingat bahwa Utba adalah
ayah Hind, yakni istri Abu Sufyan b. Harb dan Shayba adalah kakak laki
Utba (yakni paman Hind). Mereka menyediakan tempat berteduh bagi
Muhammad ketika dia diusir dari Taif oleh anak2 jalanan yang
melemparinya dengan batu. Utba dan Shayba hanya menginginkan uang darah
karena pembunuhan yang dilakukan orang Muslim atas Amr b. al-Hadrami.
Maka Utbah mengirim pesan pada Abu Jahl untuk mundur dan tidak memerangi
saudara sepupu Abu Jahl, yakni Muhammad. (Tabari, vol.vii, p.44)
Salah
satu anak2 laki Utba, yakni Abu Hudhayfah adalah Jihadis baru dan
berada bersama pihak Muhammad. Karena inilah Utbah tidak mau melawan
Muhammad – Abu Jahl menyebarkan hal ini dan mencela Utba pengecut karena
tidak mau berperang melawan tentara Muslim. Saudara laki Amr b. Hadrami
yang bernama Amir b. al-Hadrami membujuk orang2 untuk membalaskan
dendam kematian saudaranya. Meskipun sangat ragu, akhirnya Utba bersedia
maju perang, tapi dia berkata tidak ingin membunuh Muhammad meskipun
adanya kebencian yang besar di kedua pihak Quraish dan Muslim. Pada saat
itu pula Omayr, pemanah Quraish, datang membawa berita bahwa tentara2
Muslim ber-siap2 untuk perang. Dia mengajukan ajakan damai dengan kaum
Muslim tapi Abu Jahl menolaknya. Jadi, tentara Quraish juga bersiap
untuk perang. Mereka bergerak maju perlahan di atas bukit2 pasir yang
susah dilalui karena hujan tadi malam. Akan tetapi, seperti yang telah
disebut sebelumnya, hujan mendatangkan keuntungan bagi Muhammad karena
tanahdi tempatnya jadi empuk tapi enak untuk dijalani. Yang juga jelek
buat pihak Quraish adalah mereka bergerak melawan sinar matahari,
sedangkan pihak Muhammad bergerak ke arah Barat, membelakangi matahari
Segera
setelah Muhammad selesai mengatur pasukannya, dia melihat barisan orang
Quraish muncul dari gundukan pasir di depan. Ketika sembahyang pada
Allah minta bantuanNya agar tentaranya yang kecil tidak punah, dia
sangat khawatir dan pergi masuk tendanya yang kecil untuk berkonsultasi
dengan Abu Bakr. Untuk menunjukkan tuntunanNya yang kokoh, Allah
menyatakan QS 8:46. Ayat ini menambah semangat tentara2 Muslim untuk
maju menang. Ayat lain QS 2:42-44 juga ke luar. Ayat2 lain yang juga
penting yang berhubungan dengan perang Badr adalah melipatduakan tentara
Medina di QS 3:18, dll.
Tentara
Quraish sekarang bergerak maju, tapi tentara Muslim tidak beranjak dari
posisinya di mana mereka berada di tempat yang lebih tinggi dari
tentara Quraish dan karenanya memberi lebih banyak keuntungan untuk
melepaskan anak panah dan tombak pada pihak musuh. Muhammad mengamati
kekuatan musuh dan jadi panik dan mulai sembahyang dengan penuh
semangat. Kali ini, Allah mengirim dia jaminan: seperti 20 jadi 200 …
dll melalui ayat2 QS 8:65, 66. Allah juga melarang para Jihadis di ayat
QS 8:15-16, untuk lari dari medan perang. Sejak perang Badr, ayat ini
jadi bagian dari hukum Sharia dalam perang (Reliance of The Traveller,
p.659).
Sewaktu
persiapan ini berlangsung, Hakim b. Hizam, diikuti beberapa orang
Quraish pergi untuk minum air dari tempat penampungan air yang dibuat
orang2 Muhammad. Setiap orang Quraish yang datang untuk minum dibunuh
pada hari itu, kecuali Hakim b. Hizam. Tidak diketahui mengapa Muhammad
tidak membunuhnya. Tidak ada satu pun keterangan dari para penulis
biografi tentang alasan Muhammad mengampuni nyawanya. Akan tetapi nanti
kita ketahui bahwa Hakim b. Hizam jadi Muslim. Setelah tahu nasib 30
orang Quraish yang haus, Abd al-Aswad Makhzami dari Quraish mencoba
menghancurkan tempat penampungan air itu dan bersumpah untuk minum air
dari situ. Ketika ia pergi menuju tempat penampungan itu, Hamzah
menyerangnya dan menebas putus pergelangan kakinya dan membabat putus
setengah kakinya yang lain. Abd al-Aswad Makhzami merangkak dengan
badannya yang penuh darah ke tempat air dan menjebur ke dalam lalu minum
airnya. Hamzah memukul dia sampai mati di tempat itu juga. Sekarang
perang dimulai. Hari itu adalah hari Jum’at, tanggal 15 Maret, 624 M (17
Ramadan, AH2). Meskipun saat itu bulan puasa, tidak ada satu pun orang
Jihadis termasuk Rasul Allah yang puasa saat itu.(Ibn Sa’d, vol ii,
p.22)
Pada
awalnya, tiga orang Quraish, yakni Utbah b. Rabiah, saudara lakinya
yang bernama Shaybah b. Rabiah dan anak Utba yang bernama al-Walid
menantang orang2 Muslim untuk bertempur dengan mereka. Utbah b. Rabiah
tidak mau bertempur dengan orang2 Ansar dan menantang orang2 Quraish
yang bergabung dengan tentara Muhammad (yang dulu ikat Muh hijrah ke
Medina) untuk berkelahi melawannya satu lawan satu. Mereka ingin melawan
orang sesama suku saja, yang adalah saudara2 sepupunya, dari anak2
al-Muttalib. Ketika tiga orang Medina maju ke muka, Muhammad memanggil
mereka mundur dan menggantinya dengan orang2 sesukunya yakni anak2
Hashim untuk bangun dan berkelahi. Hamzah, Ali dan Obaydah (paman dan
saudara sepupu Muhammad) menuruti perintah Muhammad, bangkit dan maju.
Hamzah mengenakan bulu2 burung unta di dadanya, dan Ali mengenakan
rambut kuda di topinya.
Lalu
Utba memanggil anaknya, Walid, untuk bangkit dan berkelahi. Dia lalu
melawan Ali. Pertarungan singkat terjadi. Ali melukai parah Walid dengan
pedangnya. Ketika Utba maju, Hamzah pun maju dan membunuhnya. Shayba
lalu melawan Obaydah. Keduanya sangat tua. Mereka berkelahi untuk sesaat
dan akhirnya Shayba berhasil membabat kaki Obaydah sampai hampir putus.
Melihat ini Hamzah dan Ali maju serentak dan membunuh Shayba. Obaydah
masih bisa hidup beberapa hari setelah itu sebelum akhirnya mati.
Pertempuran
sekarang berlangsung umum dan bebas. Orang Muslim pertama yang mati
adalah budak Umar yang telah dimerdekakan yang bernama Mihja. Mihja
dibunuh oleh Amir ibn al-Hadrami. Lalu Haritha b. Suraqah dibunuh. Untuk
menyemangati pengikutnya, Muhammad mengiming-imingi surga bagi mereka
yang mati. Ini memberi semangat bahkan untuk anak remaja berusia 16
tahun yang bernama Umayr b. al-Humam [Tabari vol.vii, p.55] yang saat
itu sedang makan kurma. Dia melempar kurmanya dan bergabung dalam
perang. Anak ini kaget waktu mendengar Muhammad bahwa yang harus
dilakukannya untuk bisa ke surga adalah ikut berjihad dan mati terbunuh.
Tak lama kemudian, dia pun mati terbunuh. Muhammad sekarang menyerukan
bahwa Allah mencintai para Jihadis fanatik. Mendengar ini, seorang
ekstremis Jihadis bernama Auf b. Harith bertanya pada Muhammad,“O Rasul
Allah, apakah yang membuat Tuhan tertawa bahagia bagi hambaNya?” Dia
menjawab,”Ketika hamba itu masuk dalam pertempuran dengan musuh tanpa
baju perang.” Auf membuang baju pelindung tubuhnya, mengambil pedangnya
dan melawan musuh sampai dia terbunuh.[ Ibn Ishaq, p.300] Jika kau
melihat di TV bagaimana pembom bunuh diri bekerja, ingatlah kata2 sang
Nabi yang penuh kasih dan kamu akan segera mengerti kekuatan apa yang
mendorong orang2 fanatik ini untuk melakukan teror yang sungguh di luar
akal sehat dan memeledakkan tubuh mereka berkeping-keping.
Pertempuran
semakin sengit. Untuk menambah semangat para Jihadis, Muhammad jongkok
dan mengambil kerikil2 dan melemparkannya ke arah orang2 Quraish sambil
menjerit keras2,”Biarlah muka2 kalian jadi rusak”[ Tabari, vol.vii.
p.56] Allah menyatakan bahwa ini bukan tindakan Muhammad, tapi
tindakannya sendiri di ayat Q 8:17, dan Dia benar2 merestui tindakan
simbolis Muhammad. Tentara Muslim sekarang jadi hebat semangatnya dan
bertempur mati2an sampai2 tentara Quraish tidak kuat melawannya. Ketika
pertempuran sedang menghebat, Muhammad mengirim perintah pada para
tentaranya untuk tidak membunuh kedua paman Muhammad yakni Abul Bakhtari
and al-Abbas [Ibn Ishaq, p.301]. Dikabarkan bahwa al-Abbas adalah agen
rahasia Islam di Mekah, tapi alasan mengampuni nyawa Abul Bakhtari tidak
diketahui, meskipun Ibn Ishak menulis bahwa Abul Bakhtari menunjukkan
simpati kepada Muhammad sewaktu kaum Pagan mengganggu Muhammad di Ka’ba.
Ketika
para Jihadis protes atas keputusan ini, Umar mengancam memenggal kepala
mereka. Karenanya mereka tidak punya pilihan dan menurut perintah
ketuanya. Ibn Ishaq [Ibn Ishaq p.307 ] menulis bahwa di samping
pembantaian umum di perang itu, yang jadi target utama untuk dibantai
adalah empat orang Quraish yang murtad. Keempat orang ini memeluk Islam
tapi tidak mau ikut hijrah ke Medina bersama Muhammad karena anggota
keluarga mereka menghalangi kepergian mereka dengan menyekapnya di dalam
rumah mereka. Setelah itu, mereka meninggalkan Islam dan bergabung
dengan orang2 Quraish di Badr. Muhammad tidak memberi ampun pada mereka.
Keempat orang ini dibunuh semua oleh para Jihadis. Muhammad bahkan
menciptakan sebuah ayat (QS 4:97) untuk membenarkan pembunuhan atas
mereka.
QS
4.097: Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan
menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam
keadaan bagaimana kamu ini ?". Mereka menjawab : "Adalah kami
orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata :
"Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu
?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali,
Semangat
membunuh diantara para Jihadis begitu hebat sampai2 Hazrat Umar
membunuh paman kandungnya sendiri, yakni al-As b. Hisham b.
al-Mughira.(Ingat? Dialah yang menggantikan Abu Lahab, musuh besar
Islam!)
Ketika
peperangan berlanjut, Muhammad tetap tinggal dalam tendanya bersama Abu
Bakr sambil berdoa pada Allah untuk kemenangan. Dia meminta Allah untuk
mengirim bantuanNya bagi orang2 Muslim. Maka Allah menjawab dengan ayat
QS 8:9 untuk membantu Muhammad dengan ribuan malaikat! Saat itu adalah
musim dingin yang penuh dengan angin topan keras bertiup kesana kemari.
Tiga topan keras melanda medan perang dan Muhammad segera menganggapnya
sebagai malaikat2 suruhan Allah untuk menolong para Jihadis. Dia
mengatakan pada para tentaranya bahwa topan pertama adalah seribu
malaikat dipimpin oleh malaikat penghulu Jibril, dan topan kedua adalah
seribu malaikat dipimpin oleh malaikat penghulu Mikhael dan topan ketiga
adalah seribu malaikat lagi dipimpin oleh malaikat penghulu Sarafel.[
Ibn Sa’d, vol ii, p.15] Maka, seperti yang ditegaskan di aya Q 3:124,
Allah mengirim tiga ribu malaikat tentara untuk menolong tentara2
Muslim. Ketika peperangan bertambah sengit, Muhammad meminta pertolongan
lebih lanjut dari Allah-nya dan Allah segera nurut dengan mengirim dua
ribu lagi malaikat. Jadi seperti yang dikatakan di QS 3:125, semuanya
berjumlah 5.000 malaikat yang tidak kelihatan dari Allah yang maha
perkasa, untuk membantu 300 lebih Jihadis untuk mendapatkan kemenangan.
Para Jihadis yang fanatik mengaku bahwa tanda2 dari para malaikat di
Badr adalah sorban putih [Ibn Ishaq, p.303, Tabari vol. vii, p.61] atau
turban kuning, ya?[ Ibn Sa’d, vol.ii, p.29]
Ini Hadis Sahih Bukhari yang mengatakan bahwa Jibril turun menolong Muhammad:
Volume 5, Book 59, Number 330:
Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas:
Sang Nabi berkata pada hari Perang Badr,”Ini Jibril memegang kepala kudanya, lengkap bersenjata untuk berperang.”
Dengan
bantuan Jibril, orang2 Quraish mulai terdesak kalah. Pasir becek tempat
mereka berdiri mempersulit gerakan mereka. Beberapa dari mereka
melarikan diri. Mereka bingung dan mulai mundur dan lari. Para Muslim
mengejar mereka dan menangkap orang2 Quraish yang tidak terbunuh di
medan perang. Orang2 Muslim mengikuti jejak mereka yang melarikan diri,
membunuh atau menangkap mereka. Dalam usahanya melarikan diri, orang2
Quraish melemparkan baju perang mereka dan meninggalkan binatang beban,
kemah dan segala perlengkapannya. 70 (ada yang bilang 45) orang Quraish
dibunuh dan jumlah yang sama dijadikan tawanan perang. Orang2 Muslim
hanya kehilangan 14 orang, 8 dari Medina dan 6 yang ikut hijrah. Mereka
juga menangkap banyak orang penting Quraish. Muhammad memerintahkan
untuk tidak membunuh pamannya, al-Abbas. Ketika Abu Hudhayfah (ingat?
Ayahnya, Utbah bin Rabiah, dibunuh oleh Ali) protes akan perintah
Muhammad yang berstandard dua ini dan ingin membunuh al-Abbas, Umar lalu
mengancam akan memancung Abu.[ Tabari, vol.vii, p.57] Tentara2 Muslim
menangkap Abu al-Bakhtari (paman Muhammad yang lain) bersama kawannya.
Para Jihadis setuju untuk tidak membunuhnya (sesuai perintah Muhammad)
tapi mereka ingin membunuh kawan Abu al-Bakhtari. Ketika Bakhtari minta
temannya jangan dibunuh, para Muslim menolaknya. Maka Bakhtari pun
melawan para Muslim dan terbunuh. Kabar ini disampaikan kepada Muhammad.
Semua tawanan berjumlah 70 (ada yang bilang 44) orang Quraish dijadikan
tawanan perang. Sa’d b. Muadh ingin membunuh semua tawanan perang dan
dia berkata,”Ini adalah kekalahan
pertama yang diberikan Allah kepada kaum pagan, dan membunuh para
tawanan lebih menyenangkan hatiku daripada membiarkan mereka hidup.” Meskipun begitu, para tawanan dibagi-bagikan diantara tentara Muslim untuk uang tebusan sampai Muhammad kembali ke Medina.
Ada
suatu kisah yang menceritakan kekejaman kaum Jihadis dalam
memperlakukan beberapa tawanan perang. Umayah b. Khalaf adalah orang
pagan, tapi dia adalah kawan Abd Umar, yang baru saja memeluk Islam.
Karenanya, Umayah dan anaknya Ali merelakan diri untuk jadi tawanan Abd
Umar. Jihadis terkenal Abd al Rahman b. Awf mengambil alih tawanan Abd
Umar dengan harapan dapat uang tebusan besar. Dikisahkan bahwa Umayah
suka menyakiti Bilal, yakni orang Negro terkenal yang suka meneriakkan
adhzan. Ketika Bilal melihat Umayah dan anaknya, Ali, dibawa pergi oleh
Abd al Rahman b. Awf, dia berteriak memanggil orang2 Muslim untuk
membunuh orang yang dulu sering menyakitinya. Abd al Rahman b. Awf
dengan cepat mencegah Bilal dengan memakinya anak perempuan Negro dan
memerintahkan dia untuk tidak membunuh Umayah dan anaknya. Akan tetapi
perintah ini tidak didengar. Beberapa Muslim lalu membacoki Umayah b.
Khalaf dan anaknya Ali sampai mati dan me-motong2 badan mereka. Abd al
Rahman b Awf lalu memaki Bilal karena membunuh tawanannya sehingga Abd
al Rahman kehilangan kesempatan dapat uang tebusan besar.
Menantu
pria Muhammad yang bernama Abu al-Aas juga ditawan. Khadija (istri
pertama Muhammad) adalah bibinya. Ibu Abu adalah Hala d. Khuwaylid.
Khadija dulu biasa menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Abu al-Aas
tidak memeluk Islam dan tidak mau menceraikan istrinya yang bernama
Zaynab, yakni anak wanita Muhammad yang tertua. Abu al-Aas lalu
bergabung dengan orang2 Quraish melawan Muhammad di Badr. Tawanan
Quraish lain yang juga terkenal adalah Amr, putra Abu Sufyan (bukan dari
istrinya Hind tapi dari istri lain Abu Sufyan b. Harb) dan Amir b.
Al-Hadrami, yakni teman dekat Abu Sufyan. Anak Abu Sufyan yang lain yang
bernama Hanzala mati terbunuh di Badr.[ Ibn S’ad, vol.ii, p.18 ]
Segera
setelah pertempuran berakhir, terjadi penjarahan besar2an oleh tentara2
Muslim. Para Jihadis juga menceritakan kisah yang sukar dipercaya
tentang kepala2 orang pagan puts sebelum pedang2 orang Muslim
menyentuhnya. Ini katanya adalah pertolongan para malaikat. Abu Jahl,
yang adalah paman Muhammad sendiri, adalah musuh bebuyutan Muhammad.
Muhammad begitu benci padanya sehingga memberinya julukan Abu Jahl
(biang tolol), sedangkan nama aslinya adalah Abul Hakam (ayah dari
hikmat). Karena begitu besar rasa bencinya, Muhammad memerintahkan Abu
Jahl untuk dibunuh.[ Ibn Ishaq, p.304] Untuk melaksanakan perintah
Muhammad, Muadh b. Amr dan dua anak muda Medina yakni Auf b. Afra dan
Muwawwidh b. Afra, yang merupakan anak2 laki Afra, pergi mencari Abu
Jahl untuk membunuhnya. Muadh menemukan Abu Jahl di dalam semak2 dan
lalu menyerangnya. Dia memukul jatuh Abu Jahl ke tanah dan memotong
kakinya sampai putus. Anak laki Abu Jahl yang bernama Ikrima membabat
salah satu lengan Muadh sampai bergelantungan hanya pada kulitnya saja.
Muadah lalu menggunakan kakinya untuk menarik putus lengan itu dan
melanjutkan pertempuran sampai rasa sakit yang luar biasa membuatnya
berhenti berkelahi. Saat itu Muwawwidh b. Afra dan saudaranya Auf b.
Afra tiba di tempat dan mereka membunuh Abu Jahl yang sudah terluka
berat. Setelah membunuh Abu Jahl, mereka kembali untuk memerangi orang
Quraish sampai akhirnya mereka sendiri mati terbunuh. Ketika kabar
tentang Abu Jahl yang sekarat hampir mati terdengar oleh Muhammad, dia
menyuruh budaknya yang bernama Abd Allah b. Masud untuk mencari mayat
Abu Jahl. Abd Allah b. Masud pergi dan menemukan Abu Jahl yang sekarat,
tersengal-sengal, siap menghembuskan nafas terakhir. Abu Jahl masih
bernafas ketika Abd Allah b. Masud berlari menyerbu dan memenggal
kepalanya dan membawa kepala itu kepada majikannya. Dengan penuh rasa
suka cita Muhammad berkata,”Kepala musuh Allah.” Abd Allah lalu
melemparkan kepala Abu Jahl yang penuh darah ke kaki majikannya.
Muhammad berkata,”Ini lebih berharga bagiku daripada unta2 terbaik di
seluruh Arabia.” Lalu Muhammad menghadiahi Abd Allah b. Masud dengan
pedang yang digunakan untuk membunuh Abu Jahl.
Hadis Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2716:
Dikisahkan oleh Abdullah ibn Mas'ud:
Di perang Badr, Rasul Allah memberiku pedang Abu Jahl, karena aku telah membunuhnya.
Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 369:
Dikisahkan oleh 'Abdur-Rahman bin 'Auf:
Ketika
aku berdiri di barisan hari itu di (perang) Badr, aku melihat ke
sebelah kananku dan kiriku dan melihat dua anak muda Ansari dan aku
berharap diriku lebih kuat dari mereka berdua. Seorang dari mereka
berkata padaku,”O Paman! Apakah kau tahu Abu Jahl?” Aku berkata,”Ya, apa
yang kau inginkan dari dia, O keponakanku?” Dia berkata, “Aku dikasih
tahu bahwa dia suka menghina Rasul Allah. Demi Tuhan yang Tangan2Nya
memiliki hidupku, jika aku melihatnya, maka tubuhku tidak akan
meninggalkan tubuhnya sampai salah satu dari kami mati.” Aku terkejut
mendengarnya. Lalu anak muda satunya juga mengatakan hal yang sama.
Sesaat kemudian aku melihat Abu Jahl berjalan diantara orang2. Aku
berkata (kepada kedua anak muda itu), “Lihat! Itu orang yang kau cari.”
Maka keduanya langsung menyerang dia dengan pedang2 mereka dan membabat
dia sampai mati dan lalu menghadap Rasul Allah untuk memberitahu
kejadian itu. Rasul Allah bertanya,”Siapa diantara kalian berdua yang
membunuhnya?” Keduanya berkata,”Aku telah membunuh dia.” Rasu Allah
bertanya, “Sudahkah kau bersihkan pedang2mu?” Mereka menjawab,”Belum.”
Dia lalu melihat pedang2 mereka dan berkata,”Tidak ragu lagi, kau berdua
telah membunuh dia dan barang2 milik yang mati akan diberikan kepada
Muadh bin Amr bin Al-Jamuh.”
Kedua anak muda ini adalah Muadh bin 'Afra dan Muadh bin Amr bin Al-Jamuh. Ini Hadis yang mengisahkan akhir hayat Abu Jahl:
Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 300:
Dikisahkan oleh Anas:
Sang
Nabi berkata,”Siapa yang mau pergi dan melihat apa yang terjadi pada
Abu Jahl?” Ibn Mas’ud pergi dan mendapatkan bahwa kedua anak Afra telah
melukainya dengan fatal (dan dia masih bernapas walaupun hampir mati).
'Abdullah bin Mas'ud berkata, “Apakah kau Abu Jahl?” sambil menjambak
janggutnya. Abu Jahl berkata, “Adakah orang yang lebih hebat dari orang
yang telah dibunuhnya atau orang yang telah dibunuh kelompoknya?”
Pertempuran
sudah selesai, Muhammad memerintahkan agar semua mayat2 musuh, termasuk
mayat Abu Jahl dan kepalanya, dibuang ke dalam sebuah sumur. 24 mayat
kafir dibuang ke dalam sumur. (Lihat Sahih Bukhari, vol. 5, book 59,
number 314). Ketika ini selesai dilakukan, Muhammad berdiri di pinggir
sumur, berkata pada mayat2 orang Quraish itu [Ibn Ishaq, pp.305-306],
berpidato panjang lebar pada mereka karena tidak percaya dan menolak dia
sebagai Rasul Allah. Ketika para Muslim bertanya padanya apakah orang
mati bisa mendengar, Muhammad menjawab bahwa orang mati bisa mendengar
lebih baik daripada orang hidup, tapi mereka tidak bisa menjawab balik.
Tubuh Umayyah b. Khalaf tidak dibuang ke dalam sumur. Tubuhnya mulai
membusuk. Karena itu mereka menimbuninya dengan batu.
Hadis Sahih Bukhari Volume 2, Book 23, Number 452:
Dikisahkan oleh Ibn 'Umar:
Sang
Nabi melihat pada (mayat) orang2 dalam sumur (tempat pembuangan mayat
pagan di perang Badr) dan berkata,”Apakah kau telah menemukan apa yang
Tuhanmu janjikan padamu?” Seseorang berkata,”Kau bicara sama orang
mati.” Dia menjawab,”Kau tidak mendengar lebih baik daripada mereka,
tapi mereka tidak dapat menjawab.”
Diantara
tumpukan mayat orang adalah mayat Utba b. Rabiah, ayah dari Abu
Hudhayfa, seorang Jihadis Islam yang baru saja bergabung. Ketika
Muhammad melihat kesedihan di wajah Abu Hudhayfa, dia memberkatinya
karena berpikir bahwa Hudhayfa merasa sedih melihat kematian ayahnya.
Tapi Hudhayfa menjawab bahwa dia merasa sedih karena ayahnya tidak
memeluk Islam, dan bukan karena ayahnya telah mati! Memang begitulah
pengabdian dan kebutaan fanatik para Jihadis.
Setelah
penguburan selesai dilakukan, orang2 Muslim tetap tinggal di medan
perang sampai hari itu berakhir. Lalu mereka membawa kawan2 mereka yang
mati dan terluka ke sebuah lembah, beberapa mil dari Badr dan
menguburkan yang mati di sana. Sekarang waktunya membagi-bagi jarahan
perang. Ketika tentara Quraish melarikan diri, para Muslim mengumpulkan
harta benda mereka. Muhammad menjanjikan setiap Jihadis bahwa dia boleh
mengambil jarahan perang milik musuh yang dibunuhnya sendiri. Jihadis
yang tidak ikut perang secara langsung karena menjaga Muhammad juga
ingin mendapat bagian yang sama banyaknya atas jarahan perang. Beberapa
mengeluh karena Muhammad mengambil kain merah yang indah tanpa
pengetahuan orang lain. Maka Allah lalu mengeluarkan QS 3:161:”Sang Nabi
tidak akan menyembunyikan jarahan …, “ membebaskan Muhammad dari
kecurangan pengambilan barang jarahan. Pertengkaran terjadi dalam
pembagian barang jarahan tentang siapa yang dapat lebih banyak atau
lebih sedikit. Muhammad harus menengahi dengan ayat QS 8:41 dari Allah.
Di ayat ini, yang maha kuasa mengumumkan seperlima barang jarahan harus
diserahkan bagiNya dan Rasul kesayangannya. Muhammad malahan juga
mengatakan bahwa barang jarahan adalah sah hanya bagi dia dan tidak bagi
nabi2 lain karena dialah yang paling dikasihi Allah. Dengan perintah
seperti ini dari Allah, sisa barang jarahan dikumpulkan jadi satu untuk
dibagi-bagi kemudian. Seorang perwira bernama Abdullah b. Ka’b ditunjuk
sebagai penjaga barang jarahan. Tentara Muslim lalu berbaris kembali ke
Medina.
Hari
berikutnya, barang2 jarahan dibagi-bagi di bawah pohon dekat Saffra.
Semua orang dapat bagian yang sama setelah seperlima dipisahkan untuk
Muhammad. Tentara berkuda dapat dua porsi ekstra untuk kuda mereka.
Setiap orang dapat unta, kursi berlapis kulit, dan barang2 lain.
Muhammad mengambil unta yang terkenal milik Abu Jahl. Dia kemudian
menggunakannya untuk pergi menyerang daerah lain dan sebagai pejantan
untuk menghasilkan unta2 baru. Dengan ayat QS 55:45, dia menyatakan
bahwa barang jarahan adalah hadiah dari Allah, dan dia juga mengambil
pedang Dhu al-Faqr milik Munabbih b. al-Hajjaj. Untuk aturan pembagian
jarahan, dia memberi hak khusus bagi dirinya sendiri untuk boleh memilih
barang yang paling dia sukai sebelum barang2 jarahan dibagi-bagikan.
Tawanan2 perang juga dibagi-bagikan diantara orang2 Muslim dan nasib
mereka nanti akan ditentukan di Medina.
Sifat
sebenarnya Muhammad yang haus darah tampak saat tentara2 Muslim
berhenti di Saffra. Ketika sedang membagi-bagikan tawanan, Muhammad
mengenali al-Nadr b. al-Harith, penyair Quraish yang ditangkap Jihadis.
Dulu waktu Muhammad masih tinggal di Mekah, al-Nadr menyusun ayat2 yang
lebih bagus daripada Qur’an. Muhammad benci sekali terhadap komposisi ayat al-Nadr.
Sebagaimana disinggung di QS 8:31 (Dashti, hal. 47), Al-Nadr b.
al-Harith juga mengritik ayat2 Qur’an dengan mengatakan ayat2 itu
hanyalah dongeng kuno yang telah didengar orang2 Mekah. Muhammad tidak
punya ampun bagi Al-Nadr b. al-Harith. Untuk memuaskan keinginan balas
dendamnya, sang Nabi penuh kasih ini memerintahkan agar Al-Nadr yang
telah tak berdaya itu dibunuh. Ali melaksanakan perintah Muhammad dengan
memenggal kepala Al-Nadr di Saffra, tepat di hadapan Muhammad.[ Ibn
Ishak, p.337] Inilah contoh toleransi dari ciptaan Allah yang terbaik terhadap lawannya yang berani menantangnya secara intelektual.
Rodinson [p.168] menulis bahwa Muhammad sangatlah sensitif (gampang
tersinggung) pada celaan intelektual terhadap dirinya. Setelah
menghabisi pengritiknya, Muhammad dengan puas memerintahkan rombongan
melanjutkan perjalanan ke Medina.
Dua
hari kemudian, tentara Muslim berhenti di Irqu’l-Zabya, jalan di
tengah2 Badr dan Medina. Di sini Rasul Allah sekali lagi ingin memuaskan
nafsunya akan darah dan dendam. Tawanan perang bernama ‘Uqbah b. Abi
Muyat yang anak perempuannya menikah dengan anak laki Abu Sufyan yang
bernama Amr b. Abi Sufyan, diperintahkan untuk dibunuh. ‘Pelanggar
hukum’ ini meminta ampun dengan menyebutkan nama anak perempuannya. Tapi
Muhammad tidak memberikan ampun baginya. Apakah yang dilakukan ‘Uqba
sehingga dia layak menerima hukuman yang sangat berat dari sang Nabi
yang penuh belas kasihan dan kebaikan ini? Muhammad mengaku bahwa ‘Uqba
menyakitinya ketika dia berkhotbah tentang agamanya yang penuh cinta dan
kasih sayang (Islam) di Ka’aba. Tanpa menunjukkan setitik pun belas
kasih terhadap musuhnya yang sudah kalah, Muhammad memerintahkan
pembunuhan atas ‘Uqba. Ini yang ditulis oleh Ibn Ishaq: “Ketika sang
Rasul memerintahkan agar dia dibunuh, ‘Uqba berkata, ‘Tapi siapa yang
akan mengurus anak2ku, O Muhammad?’ ‘Neraka’, jawab Muhammad dan setelah
itu ‘Asim b. Thabit b. Abul-Aqlah al-Ansari membunuhnya. Demikianlah
yang dikatakan Abu ‘Ubayda b. Muhammad b. ‘Ammar b. Yasir padaku.
Biografer lain menulis bahwa Ali-lah yang membunuh ‘Uqba.
Tentang
pembunuhan terhadap kedua tawanan ini, Rodinson (Rodinson, hal. 168)
menulis, “Di lain pihak dia mengumbar kemarahannya terhadap dua orang
yang sudah menyerangnya secara intelektual. Kedua orang ini telah
mempelajari sumber2 Yahudi dan Persia dan mereka menanyakan banyak
pertanyaan yang sulit dijawab Muhammad. Mereka menghinanya dan pesan
ilahinya sekalian. Tiada ampun bagi keduanya.”
Dua
tawanan lain yang juga dibunuh adalah Naufal b. Khuweilid (dibunuh Ali)
dan Mabad b. Wahb (dipancung Umar). Dilaporkan bahwa Mabad b. Wahb
tidak mau mengaku kalah dan memuji-muji al-Lat dan al-Uzza (dua dewa
berhala) di hadapan Muhammad.[ Muir, p.109, footnote 48] Alasan
pembunuhan terhadap Naufal tidak diketahui. Jadi semuanya ada 7 tawanan
perang yang dibunuh sebelum tentara Muslim dan tawanan lain tiba di
Medina.
Untuk
menyebarkan berita kemenangan Muslim di Badr, Muhammad mengirim Zayd b.
Harith ke Medina duluan sebelum kedatangan rombongan tentara Muslim.
Ketika Zayd tiba di Medina, dia mendengar berita kematiah Ruqayyah, anak
perempuan Muhammad. Orang2 sedang mempersiapkan kuburannya ketika Zayd
datang membawa berita kemenangan Muhammad di Badr.
Sehari
kemudian Muhammad tiba di Medina dengan jarahan perang dan menerima
berita sedih tentang kematian dan penguburan anaknya Ruqayyah sewaktu
dia tidak berada di sana. Seperti telah disebutkan sebelumnya, suami
Ruqayyah adalah Uthman b. Affan yang tidak bisa ikut merampok karena
istrinya sakit. Meskipun begitu, Muhammad menghadiahi menantunya jatah
jarahan yang sama dengan tentara yang ikut perang. Beberapa bulan
kemudia Uthman menikah dengan anak perempuan Muhammad yang belum
menikah, yakni Umm Kulthum, yang sebelumnya menikah dengan anak Abu
Lahab, tapi akhirnya berpisah dengannya. Ketika orang2 memberi selamat
kepada para Jihadis atas barang2 jarahan, para Jihadis membual tentang
pembantaian kaum pagan. Banyak Jihadis yang mengaku bahwa membantai
kafir ternyata menyenangkan.[ Tabari, vol. vii, p.65]
Keesokan
harinya di waktu malam, kelompok akhir Jihadis datang dengan para
tawanan di Medina. Melihat keadaan para tawanan yang menyedihkan ini,
banyak orang2 Medina yang jatuh kasihan terhadap mereka. Bagaimana pun
juga para tawanan itu adalah dari suku yang sama dengan mereka dan
sedarah. Belas kasihan ini bisa dilihat dari sikap yang ditunjukkan
Sauda, yakni istri kedua Muhammad, kepada seorang tawanan. Sauda pergi
untuk menghibur anggota keluarga Afra, warga Medina yang berduka cita
karena kehilangan dua putra di Badr. Waktu dia kembali, dia melihat Abu
Yazid Suhayl b. Amr, saudara laki suaminya yang dulu (jadi Abu Yazid
adalah saudara ipar Sauda), dan sekarang Abu Yazid jadi tawanan perang
berdiri di depan rumah Sauda dengan kedua tangan terikat di belakang
lehernya. Sauda berkata daripada jadi tawanan perang, seharusnya Abu
Yazid lebih baik memilih mati dengan terhormat di medan perang. Muhammad
menegurnya karena berkata begitu. Dengan penuh rasa kasihan dan sayang,
Sauda hendak melepas ikatan tangan Abu Yazid, tapi Muhammad dengan
galak melarangnya melakukan hal itu. Dari cerita Sauda kita tahu bahwa
saat itu para wanita Arabia tidak diharuskan memakai jilbab dan mereka
bisa bebas pergi ke mana mereka mau. Penggambarannya tentang sikap keras
Muhammad juga membantah anggapan orang bahwa hubungan Muhammad dan
istri2nya penuh kasih dan ramah tamah. Sauda dengan jelas berkata bahwa
dia benar2 takut akan Muhammad. Inilah kata2nya yang asli: “Tiba2
suara Muhammad mengejutkanku: “Sauda, kamu mau cari masalah melawan
Tuhan dan RasulNya?” Aku berkata,”Demi Tuhan, aku tidak dapat menahan
diri waktu aku melihat Abu Yazid dalam keadaan seperti itu dan kukatakan
apa yang kulakukan.” [Ibn Ishaq, p.309]
Meskipun
begitu, secara keseluruhan orang2 Medina memperlakukan para tawanan
dengan baik. Mereka diberi makan dan naungan dan tidak disiksa, meskipun
dilaporkan bahwa Hazrat Umar ingin mencabut gigi2 Suhayl (tawanan
perang) dengan berkata pada Rasul Allah: ‘Biarkan saya cabut dua gigi
depan Suhayl agar lidahnya keluar dan dia tidak bisa berkata
melawanmu.’[Ibn Ishaq, p.312; Tabari, vol.vii, p.71] Tapi Muhammad
melarang penyiksaan ini. Perlakuan baik terhadap tawanan Medina juga
perlu dilakukan orang2 Muslim jika mereka ingin dapat uang tebusan yang
besar dari sanak saurdar para tawanan – dan mereka (para Muslim) tahu
akan hal ini. Kebaikan orang2 Muslim menarik hati beberapa orang Medina
untuk masuk Islam dan tinggal menetap di Medina kemudian, dikabarkan
begitu. Dikisahkan bahwa ketika Muhammad memerintah agar semua tawanan
diikat, paman Muhammad yang bernama al-Abbas juga dirantai. Muhammad
tidak bisa tidur sampai pengikutnya melepas rantai al-Abbas.[Tabari,
vol.vii, p.69]
Ketika
rasa sukacita kemenangan oleh tentara Muslim perlahan berakhir, maka
sekarang waktunya untuk mengambil keputusan tentang nasib para tawanan.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa sejak semula, Jihadis fanatik bernama
Sa’d b. Muadah ingin membunuh semua tawanan Muslim. Hazrat Umar juga
ingin memancung semua tawanan, dan dia mengusulkan saudara membunuh
saudara, dan Abu Rawaha ingin membakar mereka hidup2. Muhammad tidak
bisa mengambil keputusan akan hal ini. Dia pun ingin membunuh semua
tawanan kecuali beberapa orang. Abu Bakr mengusulkan untuk meminta uang
tebusan bagi para tawanan. Tiba2 Muhammad melihat keuntungan dari usul
Abu Bakr. Dia melihat kesempatan dapat uang bagi pengikutnya yang miskin
papa itu. Seketika itu pula dia mengaku bahwa Allah (melalui Jibril)
telah mengirim ayat QS 8:6-7 yang mengijinkan dia untuk meminta uang
tebusan setelah membantai musuh, dan di ayat QS 8:68, Allah mengijinkan
dia untuk menikmati harta jarahan. Dua ayat ini membuat kompromi antara
hal membantai semua tawanan dan mengambil uang tebusan untuk membebaskan
tawanan.
Sekarang
yang paling dipikirkan Muhammad adalah Abu al-Aas, menantunya, yang
(seperti telah ditulis sebelumnya) jadi tawanan perang. Ketika anak
perempuan Muhammad yang tertua, Zaynab (yakni istri Abu al-Aas yang
tinggal di Mekah), mendengar bahwa suaminya ditangkap, dia mengirim uang
dan kalung Khadijah (ibunya, dan istri pertama Muhammad) sebagai
tebusan agar suaminya dibebaskan. Akhirnya hati Muhammad melembut
(meskipun hanya sedikiiiiit saja) ketika melihat kalung almarhum
istrinya Khadijah. Dia khawatir dan mulai memikirkan tentang Abu al-Aas
dan anak perempuannya. Keesokan harinya, di mesjidnya, dia meminta
pendapat para Jihadis akan hal ini. Mereka setuju untuk membebaskan Abu
al-Aas tanpa tebusan dan dia boleh kembali ke Mekah. Muhammad jadi lega
dan membebaskan Abu al-Aas, tapi dengan syarat waktu dia tiba di Mekah,
Abu al-Aas harus menceraikan Zaynab dan mengirimnya ke Medina untuk
hidup bersama Muhammad. Abu al-Aas berjanji akan membiarkan Zaynab pergi
ke Muhammad di Medina dan memang begitulah yang dia lakukan ketika tiba
di Mekah. Dia lalu mengatur kepergian Zaynab dari Mekah. Saat itu, Hind
(istri Abu Sufyan) bersikap ramah pada Zaynab. Meskipun ada permusuhan
besar diantara Muhammad dan Abu Sufyan, Hind dengan suka rela
menyediakan segala kebutuhan untuk membantu Zaynab pergi menemui
ayahnya. Tapi Zaynab ingin pergi diam2. Jadi pada saat yang tepat,
Zaynab meminjam seekor unta untuk pergi ke Medina. Kakak laki iparnya
menemani dia. Ketika mengetahui kepergian Zaynab, dua orang Quraish
mengejar unta Zaynab dan menangkapnya di Dhu Tuwa. Seorang Quraish yang
bernama Habbar b. al-Aswad mengancam dia dengan tombaknya. Saat itu
Zaynab sedang hamil. Dilaporkan bahwa dia jatuh dari unta dan mengalami
keguguran. Lalu Habbar menyakiti Zaynab, tapi Abu Sufyan menengahi dan
membiarkan Zaynab luput dari serangan Habbar. Abu Sufyan sama sekali
tidak punya rasa dendam terhadap Zaynab dan dia menasehati Zaynab untuk
meninggalkan Mekah diam2. Beberapa hari kemudian, ketika ribut2 tentang
perang Badr telah mereda, Zaynab diam2 melarikan diri dari Mekah di
malam hari.
Berikutnya
adalah menentukan nasib al-Abbas, yakni paman Muhammad. Para Jihadis
membawa al-Abbas yang telanjang ke hadapan Muhammad. Muhammad harus
mencari baju bagi pamannya yang telanjang. Ini Hadisnya.
Hadith Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 252:
Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah:
Saat
di hari perang Badr, para tawanan perang dibawa termasuk Al-Abbas yang
telanjang. Sang Nabi mencari baju baginya. Lalu didapatkan bahwa baju
'Abdullah bin Ubai cocok ukurannya, lalu sang Nabi mengijinkan dia
(Al-Abbas) memakainya. Inilah alasan mengapa sang Nabi pergi dan
menyerahkan bajunya sendiri kepada ‘Abdullah (pencerita menambahkan,”Dia
membantu sang Nabi dan karenanya Nabi suka menghadiahi dia.”)
Karena
al-Abbas adalah orang yang kaya, Muhammad menentukan bahwa al-Abbas
harus menebus dirinya sendiri, dan juga kemenakan2 dan rekan2nya.
Mendengar ini, al-Abbas mengaku bahwa diam2 dia juga adalah seorang
Muslim dan dia dipaksa perang melawan Muslim. Muhammad tetap ingin minta
uang tebusan dari al-Abbas. Sebenarnya Muhammad pun berhutang pada
al-Abbas, tapi ketika al-Abbas meminta agar utang Muhammad dijadikan
uang tebusan dirinya, Muhammad menolak. Begitulah rakusnya sang Nabi
penuh kasih ini kalau sudah urusan duit. Akhirnya Muhammad mengambil 20
ons emas (sekitar 90 Juta dalam nilai uang sekarang) dari al-Abbas untuk
membebaskan dirinya.
Pada
awalnya, orang2 Quraish menurut saja untuk membayar uang tebusan agar
orang2 Muslim tidak meminta harga mahal untuk membebaskan mereka. Abu
Sufyan menolak membayar uang tebusan apapun bagi anak lakinya ‘Amr.
Ketika seorang Muslim bernama Sa’d b. al-Numan pergi ke Mekah untuk
ibadah Umroh, Abu Sufyan menangkap dan menyaderanya untuk ditukar dengan
anak lakinya, ‘Amr. Muhammad tidak punya pilihan selain membebaskan
‘Amr b. Abi Sufyan untuk kebebasan Sa’d. Muhammad ngotot minta uang
tebusan tinggi bagi seorang Mekah karena anaknya adalah pedagang kaya.
Anaknya lalu membayar uang tebusan sebesar 4.000 Dirham agar ayahnya
dibebaskan.
Secara
keseluruhan, Muhammad menerima banyak uang dari tebusan tawanan
Quraish. Jumlah uang tebusan bagi setiap tawanan berkisar antara 1.000
Dirham sampai 4.000 Dirham. Dilaporkan bahwa orang2 Quraish membayar
250.000 Dirham untuk membebaskan kawan2 dan sanak saudara mereka yang
ditawan di perang Badr II. Rata2 uang tebusan setiap tawanan adalah
4.000 Dirham.[ Hamidullah, p.43] Sahih Bukhari menyatakan bahwa di
samping uang jarahan dan tebusan, setiap Jihadi menerima uang pensiun
sebesar 5.000 Dirham setiap tahun.
Hadith from Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 357:
Dikisahkan Qais:
Prajurit2
(yang bertempur di) Badr masing2 diberi 5.000 Dirham setiap tahun.
‘Umar berkata,”Aku pasti akan memberi mereka lebih daripada memberi
orang lain.”
Beberapa
tawanan yang tidak punya uang tebusan menawarkan diri untuk mengajar
sepuluh anak2 laki Muslim membaca dan menulis bagi setiap tawanan.
Ketika masa pengajaran tuntas, para tawanan kemudian dibebaskan.
Dikatakan bahwa Zayd ibn Thabit yang adalah seorang penyair (nantinya
jadi juru tulis Muhammad) belajar menulis dari kesempatan ini. Ini
memberitahu kita bahwa banyak orang Mekah yang bisa membaca sedangkan
para pengikut Muhammad kebanyakan buta huruf. Meskipun begitu para
Muslim menyebut orang Mekah ‘tak berpengetahuan’!
Kemenangan
Badr membuka babak baru dalam perkembangan dalam timbulnya iman Islam.
Setelah menyadari ampuhnya kekuatan pedang, Muhammad sekarang yakin
bahwa untuk memenangkan doktrin fasisme-nya, dia harus menggunakan cara
militer. Sejak saat itu, pedang menjadi bahasa Islam (lihatlah bendera
Saudi Arabia) dan melakukan peperangan untuk merampas barang jarahan dan
sandera jadi modus operandi para Jihadis baru sebagai mata pencarian
dan menambah kekayaan. Maxine Rodinson [p.164] mengkomentari hal ini
dengan menulis bahwa satu2nya tujuan perang Badr II adalah barang
jarahan. Kemenangan Badr menjadi titik awal agama Muhammad, dan orang2
non-Muslim melihat Islam sekarang berhubungan dengan rasa takut, teror,
perampokan dan pertumpahan darah. Di lain pihak, orang2 Quraish dan
pagan jadi sadar akan perlunya kemenangan militer untuk menahan
menyebarnya ancaman Islam.
'Kalau
dijabarkan dengan istilah psykologi, seorang fanatik adalah orang yang
secara sadar mematikan keraguan dalam hatinya’ ---Aldous Huxley
(1894-1963)50
Berlanjut ke: Sejarah Jihad 2
Terima kasih telah membaca Artikel Tentang Sejarah Jihad . Jika Anda ingin Copy Paste Artikel ini, Harap cantumkan Link Sejarah Jihad sebagai sumbernya.
Judul: Sejarah Jihad
Ditulis Oleh:جمع من الإلهام والحافز الإسلامي
Dtrebitkan Pada :2014-07-17T12:26:00-07:00
Ditulis Oleh:جمع من الإلهام والحافز الإسلامي
Dtrebitkan Pada :2014-07-17T12:26:00-07:00
0 komentar:
Posting Komentar